Trending
Jumat, 21 September 2018

Cerita dari Blora, Mengangkat Blora Bersama Pramoedya Ananta Toer

  • Share
  • fb-share
Cerita dari Blora, Mengangkat Blora Bersama Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer adalah nama besar di dunia sastra. Tidak hanya bagi sastra Indonesia saja tapi juga sastra dunia. Bicara soal Pram tidak bisa lepas dari kota Blora. Awal September lalu, di kota ini diselenggarakan festival Cerita dari Blora. Festival ini mengangkat Pram sebagai ikon utamanya. Ada apa saja dalam festival ini?

 

Sastra Blora, Sastra Dunia

Kontribusi Pramoedya Ananta Toer buat dunia sastra memang nggak main-main. Hasil karya sastrawan asal Blora ini udah diakui dunia. Nggak heran, buku-buku yang ditulis Pram sampai sekarang sudah diterjemahkan  ke 41 bahasa. Tetralogi Pulau Buru yang ditulisnya bahkan bikin nama Pram sering disebut-sebut buat jadi penerima hadiah Nobel kategori sastra.

Fakta ini lalu dijadikan dasar buat pembuatan tagline dari festival Cerita dari Blora, yaitu Sastra Blora, Sastra Dunia. Memang nggak berlebihan sih kalo lo liat pencapaian Pram, sang putra daerah, selama masa hidupnya. Banyak penghargaan internasional bergengsi udah diterima Pram, salah satunya Madanjeet Singh prize dari UNESCO.

 

Empat Hari untuk Sastra

Empat Hari untuk Sastra

Balik lagi ke festival Cerita dari Blora. Festival ini dimulai pada tanggal 12 September 2018. Dibuka dengan talk show serta musikalisasi puisi dan diskusi. Ada juga acara bedah buku Cerita dari Blora di rumah masa kecil Pram. Hari kedua ada diklat penulisan prosa dan pengenalan sastra lisan kentrung dan geguritan khas Blora.

Hari ketiga mungkin bisa dibilang puncak dari festival ini. Ada showcase kesenian daerah dan parade seni. Buat nambah ilmu soal sastra, panitia juga menyediakan diskusi pemajuan seni budaya dan sastra Blora yang bisa diikuti seluruh kalangan. Pematerinya juga macam-macam, ada dari pemerintah, sastrawan seperti Saut Situmorang, hingga adik Pram, Soesilo Toer.

 

Sempat Ditolak

Sempat Ditolak

Meski punya manfaat besar, festival ini justru sempat ditolak beberapa pihak. Salah satunya dari adik Pram, Soesilo Toer. Alasan dibalik penolakan ini ternyata gara-gara Soesilo Toer kurang sreg dengan beberapa sponsor. Menurut pria yang akrab disapa Soes ini, ada tiga sponsor yang “merusak lingkungan”.

Untungnya, pihak penyelenggara mau mendengar masukan dari Soes. Sebelum acara digelar, hubungan dengan tiga sponsor bermasalah ini akhirnya diputus. Jadi, festival ini bisa tetap berlangsung sampai penutupan di tanggal 15 September 2018 lalu.

Belakangan ini memang banyak upaya buat memperkenalkan Pram ke generasi muda. Setelah film Bumi Manusia, sekarang ada festival Cerita dari Blora. Jadi, sudah kenal belum lo sama Pramoedya Ananta Toer?

 

Source: beritagar.id

Comments
Yudas
Inspiratif sekali
nicolas filbert tandun
Sastrawan berkumpul