Trending
Kamis, 12 November 2020

Jadi Kiblat Millennial dan Gen Z Sekarang: This is Hustle Culture!

  • Share
  • fb-share
Jadi Kiblat Millennial dan Gen Z Sekarang: This is Hustle Culture!

Sebenarnya tidak hanya saat memasuki new normal saja munculnya glorifikasi terkait kata produktif. Dari sebelum new normal datang – kata produktif seakan jadi acuan banyak kalangan, terutama para millennial dan Gen Z yang merasa semangatnya bisa dikonversikan menjadi berbagai hal yang positif.

Terkait dengan fase new normalwell, keadaan tersebut memang membawa perubahan yang signifikan untuk beberapa kalangan. Seperti efisiensi yang dilakukan oleh banyak perusahaan, membuat banyak orang yang tadinya berstatus karyawan, kini mesti berjuang untuk tetap membuat dapurnya ‘ngebul’.

Tuntutan ekonomi – ini jadi salah satu hal yang membuat kata produktif terus digaungkan oleh banyak kalangan, terutama mereka millennial yang terkena efisiensi karena new normal seperti ini. Mereka yang masih idealis untuk jadi pegawai korporat – nggak masalah juga, akan tetapi banyak yang akhirnya banting stir: jadi pengusaha, pebisnis ataupun entrepreneur.

Semua ‘profesi’ nggak masalah bro – asal segala tuntutan, tanggung jawab dan semua hal terkaitnya memang bisa lo selesaikan dengan baik. Nah, jika ditelisik lebih jauh dan dilihat dari permukaan paling atas – ada tren yang tercipta berdasarkan idealisme produktif itu.

Percaya atau nggak – buat lo yang millennial atau bahkan gen z – apakah lo merasakan kalau semangat lo bekerja sangat membara? Terlepas dari tuntutan atau segala tanggung jawab yang mesti lo penuhi – bekerja, berkarya jadi hal yang seakan selalu ada di depan mata lo.

Mungkin sebelumnya istilah yang cocok untuk hal ini adalah workaholic. Jelas lo sudah tidak asing lagi dengan istilah tersebut. Namun buat sekarang ini – muncul istilah baru yang mengacu kepada semangat untuk mengerjakan apapun pekerjaan yang ada di depan lo: hustle culture.

Hustle culture – tenang bro, kalau lo masih asing dan bingung mengartikan apa istilah yang satu ini, lo sudah berada di halaman artikel yang tepat, karena di bawah ini – bakal dibahas nih, sebenarnya apa sih hustle culture itu?

 

Apa Itu Hustle Culture?

Jadi Kiblat Millennial dan Gen Z Sekarang: This is Hustle Culture!

Credit Image: medium.com

Kerja keras bagai kudaaa…dicambuk dan dideraaaa!

Kalau lo ikutan nyanyi, berarti ketahuan kalau lo bukan millennial, nih! Cuma yang seumuran can relate that song!

Sub judul di atas bakal dibahas dan dikupas secara jelas nih, bro. Hustle Culture adalah sebuah fenomena atau tren di mana istilah ini mengacu kepada mereka, umumnya para millennial atau gen z seperti diri lo, yang semangat sekali untuk terus-menerus bekerja, menghasilkan sesuatu – singkatnya – sangat produktif.

Secara arti perkata – hustle sendiri memang berarti terus-menerus dan tambahan kata culture – mengacu kepada habit, kebiasaan, dan tren yang sepertinya dilakukan oleh banyak kalangan, terutama mereka-mereka yang masih muda, menganggap dirinya masih kuat dan mempunyai ambisis yang luar biasa besar.

Gila kerja. Salah? Belum tentu bro – kalau memang untuk memenuhi segala kebutuhan, terutama kebutuhan ekonomi dan segala tanggung jawab yang terkait – mungkin bisa dinilai sah-sah saja. Namun, salah satu kekhawatirannya adalah gila kerja menjadi salah satu tujuan hidup.

Tujuan hidup bro – siapa di antara lo yang membaca artikel ini tujuan hidupnya hanya bekerja, bekerja dan bekerja? Kalau pun ada, well, that is not the problem. Keputusan selalu ada di tangan masing-masing individu.

 

Ada Imbas di Kemajuan Industri

Jadi Kiblat Millennial dan Gen Z Sekarang: This is Hustle Culture!

Credit Image: bravester.com

Untuk mempermudah pemahaman lo untuk hustle culture jika dilihat jauh lebih luas – artinya sudah dikaitkan juga dengan sekitar, khususnya industri – contohnya begini, bro: seandainya di tim lo untuk pengerjaan proyek tertentu, ada satu orang yang bekerja tanpa istirahat sama sekali, seseorang itu terus mengerjakan apapun yang bisa ia kerjakan – menurut lo sendiri, apa imbasnya ke tim lo ini?

Salah satu imbasnya adalah pekerjaan di proyek tersebut bakal cepat selesai. Tapi bagaimana dengan anggota tim yang lain? Jika anggota tim yang lain ada yang santai saja – jelas ia bakal ketinggalan dengan seseorang yang kerja tanpa istirahat.

Bayangkan kalau yang gila kerja nggak hanya satu orang saja, bro – sebut saja ada 1000 orang yang seperti itu. Bagaimana imbasnya ke industri? Terlalu dinamis, terlalu cepat, terlalu cepat untuk terjadinya perubahan – apakah ini baik untuk banyak orang? Tentu lo punya opini masing-masing, kan?

Percepatan yang terjadi juga didukung oleh kemajuan teknologi. Itu kenapa di skena hustle culture, juga muncul istilah baru yang sifatnya lebih mikro, yaitu techno-capitalism. Istilah yang satu ini adalah pemicu terjadi komodifikasi – seakan semua hal bisa dijual, dan lo mendapatkan uang.

Salah satu contoh nyata untuk techno-capitalism adalah content creator di Youtube ataupun di berbagai sosial media. Kreativitasan mereka jadi pisau utama untuk mendapatkan pundi-pundi keuntungan di masing-masing platform – hubungannya dengan hustle culture? Semua orang berlomba untuk mempunyai konten yang original – atau setidaknya mirip-mirip dengan yang sudah ada.

Apakah hal ini baik? Sekali lagi bro – lo pasti punya opini tersendiri untuk hal-hal seperti ini.

 

Burnout di Ujung Hustle Culture

Jadi Kiblat Millennial dan Gen Z Sekarang: This is Hustle Culture!

Credit Image: entrepreneur.com

Tidak menampik risiko yang ada dari menerapkan hustle culture: burnout. Bekerja akan terasa sangat melelahkan, tidak menikmati lagi proses pekerjaan yang ada, stress – tertekan karena segala tuntutan, dan yang paling fatal – ambruk karena kondisi tubuh sudah tidak kuat.

Semua hal itu ada di ujung hustle culture, bro – percaya atau nggak – tentu lo juga punya pendapat sendiri soal hal ini. Dan ada satu lagi yang mungkin ini menjadi hal kecil buat mereka yang memang gila kerja: quality time dengan orang-orang terdekat.

Apakah kalau menjadi gila kerja bisa mempunyai waktu berkualitas untuk orang-orang terdekat? You already knew the answer.

 

Feature Image – unsplash.com

Comments
Agung Sutrisno
Tidak menampik risiko yang ada dari menerapkan hustle culture
Garindratama Harashta
kereen bgt mantaaap brooow