"Selamat Datang, Bulan" Buku Terbaru Si Perempuan Sore, Theoresia Rumthe
Nama Theoresia Rumthe sudah nggak asing di jagat puisi Indonesia. Ia adalah seorang penulis perempuan dari Maluku yang produktif menerbitkan karya sejak tahun 2010. Baru-baru ini, Theoresia melahirkan karya terbarunya, sebuah buku kumpulan puisi berjudul, “Selamat Datang, Bulan”.
Lo pasti penasaran dong dengan pesan-pesan dan inspirasi Theoresia di buku terbarunya? Simak ulasan MLDSPOT berikut ini, yuk!
Karya Solo Pertama Theoresia
Meskipun sudah menulis sejak 2010, namun Theoresia lebih dikenal melalui karya-karya kolaborasi unik dengan beberapa teman penulisnya. Buku “Selamat Datang, Bulan” ini adalah karya solo pertamanya.
Bagi Theoresia, menerbitkan buku puisi sendiri berarti melihat ‘ruang’’ di dalam dirinya bertumbuh. Suara-suara keresahan yang biasanya dititipkan dalam buku-buku kolaborasi itu akhirnya punya wadah istimewa. Buku “Selamat Datang, bulan” menjadi perwakilan suaranya, baik secara intelektual maupun emosional.
Kata-kata yang mengalir dari puisi-puisi Theoresia dalam buku “Selamat Datang, Bulan” punya rentang topik yang variatif. Menurut Theoresia, beberapa puisi dari buku ini ia tulis di kota Ambon, maka kota itu pun menjadi salah satu di antara sekian banyak inspirasi. “Bagaimana saya memandang kota itu dengan mata kanak-kanak, mata remaja, dan dengan mata orang dewasa sekaligus.” katanya.
Buku ini juga menggambarkan tentang bagaimana Theoresia merespon perasaannya terhadap banyak hal, seperti agama, keluarga, seksualitas, dan lingkungan sekitar. Puisi-puisi di dalamnya adalah perwujudan dari endapan pikiran Theoresia sendiri tentang hal-hal tersebut selama bertahun-tahun.
Theoresia mengaku, ada banyak masalah yang barangkali sulit dibicarakan sebagai orang dewasa dan ia menemukan puisi sebagai pintu kecil untuk membicarakan masalah-masalah itu.
Bulan “Anak Perempuan Theoresia”
“Selamat Datang, Bulan” juga merupakan salah satu judul puisi pendek yang ada di dalam buku ini. Puisi itu mengetengahkan situasi perayaan Natal yang menurut Theoresia sudah kehilangan maknanya. Apa memang sebegitu resahnya Theoresia sehingga mengangkat puisi itu sebagai judul bukunya? Ternyata ada alasan lain, Urbaners!
Sejak awal, Theoresia memang membayangkan buku ini sebagai anak perempuannya. “Bulan adalah nama yang cocok untuknya, jadi judul ‘Selamat Datang, Bulan’ dapat dibayangkan sebagai sebuah ucapan selamat datang untuk bulan, ‘anak perempuan saya’,” jelas Theoresia.
That’s deep!
Mungkin karena hal itu juga, dalam sebuah puisi berjudul “Mata Kanak”, Theoresia mengajak para pembaca untuk mencoba melihat segala sesuatu dari perspektif anak-anak. “Sampai kapan pun, jangan sampai kita kehilangan kemurnian kanak-kanak di dalam diri kita. Kemurnian kanak-kanak dapat menjaga kita untuk tidak kehilangan diri,“ pesannya.
Vandalisme ala Theoresia
Ada satu lagi yang unik dari Theoresia, kalo lo liat Instagram-nya, lo akan nemuin beberapa foto yang menampilkan puisi-puisinya ditulis di jalanan, di tembok rumah, dan di tempat-tempat umum. Ternyata, Theoresia sengaja ngelakuin itu dengan motivasi menemukan medium lain untuk menulis. Baginya, menulis bukan hanya di buku saja, namun bisa di medium apa pun yang ia temukan ketika berjalan-jalan.
Theoresia memang hobi berjalan kaki dan mengamati kota dari jarak dekat. Baginya, menulis di jalanan menjadi aktivitas vandalisme yang menyenangkan. Ketika sedang jalan kaki di Ambon misalnya, ia melihat tembok-tembok yang penuh dengan tulisan kata-kata makian atau kalimat dengan makna yang destruktif.
“Saya lalu berpikir, mengapa tidak menulis puisi atau pesan sayang saja di jalan. Itu pasti dapat menyenangkan hati orang lain yang membacanya,” kata perempuan yang kini berdomisili di Bandung ini. “Jika ‘menulis di jalan’ ini juga dapat dilihat sebagai satu media promosi buku baru dan puisi-puisi saya, saya anggap itu sebagai bonus saja. Apalagi jika ini menyebarkan virus berpuisi untuk yang lain, double bonus!” lanjutnya.
Proses Kreatif Muncul dari Hati yang Senang
Banyak orang bisa berpuisi, tapi nggak semua puisi itu punya makna yang dalam dan bisa meng-capture keresahan orang banyak. Theoresia adalah salah satu penulis kreatif yang bisa melakukan itu.
Kreatifitasnya didapat dari hal-hal yang ia lakukan sehari-hari. Ia mengaku tidak pernah membatasi hal-hal kreatif ketika menulis. Theoresia bisa menulis di medium apa pun yang ia senangi. Sebelum menulis ia membaca, kadang juga tidak membaca. Ia jalan kaki dulu jauh-jauh, minum kopi, nonton YouTube, scroll Instagram, makan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan hati.
“Saya percaya bahwa proses kreatif muncul dari hati yang senang. Apa yang hendak saya tulis, dapat berasal dari hal-hal pengendapan sebuah kerumitan berpikir, tetapi jika hendak menuliskannya, hati saya mesti senang,” ungkapnya.
MLDSPOT jadi kepo ingin tahu setelah buku “Selamat Datang, Bulan” karya apalagi yang akan dilahirkan oleh penulis berjulukan Perempuan Sore ini. Theoresia memberi bocoran bahwa ia sedang mempersiapkan sebuah novel. Apakah itu akan selesai dalam waktu dekat?
“Kita lihat saja nanti,” jawabnya bikin penasaran.
Urbaners, kalau lo ingin tahu lebih banyak tentang aktivitas Theoresia menyebarkan virus berpuisi kepada publik, lo bisa kepoin penulis berambut keriting dengan senyum menawan ini di akun IG: @theoresiarumthe!