Memperkaya pengalaman menikmati karya visual estetis sekarang bisa dilakukan hampir di mana saja. Hal ini tentunya berkaitan dengan medium eksplorasi para seniman dan desainer yang semakin beragam. Nggak lagi hanya bergantung pada kertas atau kanvas yang kemudian dipajang di galeri seni, dinding-dinding gedung pun kini bisa dimanfaatkan untuk mengekspresikan sebuah karya.
Eits, tapi jangan lo kira karya yang dihasilkan menggunakan dinding cuma berkisar di graffiti atau mural doang loh ya, Urbaners. Yang sedang populer dalam beberapa tahun terakhir, ada yang namanya video mapping atau yang dikenal pula dengan istilah projection mapping.
Basically, video mapping bisa diartikan sebagai seni proyeksi video dengan animasi ke objek atau layar besar. Jenisnya ada dua, bisa berupa mapping dengan proyektor atau layar LED. Walau nggak butuh kata-kata untuk menjelaskan maksudnya, sebuah video mapping tetap memiliki kisah dan makna di balik animasinya yang keren dan perpaduan warnanya yang menarik.
Makin ke sini, video mapping makin mudah untuk dinikmati oleh siapa saja. Soalnya, video mapping kerap muncul di ruang publik sehari-hari. Ditambah lagi, ada komunitas yang aktif menghadirkan video mapping di berbagai acara dan kesempatan. Sebut saja contohnya LZY Visual.
Proyek Iseng yang Terus Berkembang
LZY Visual (baca: ELZIWAI Visual) merupakan sebuah komunitas video mapping yang mengulik soal seni proyeksi video jauh sebelum medium tersebut menjadi tren tersendiri. Sebagai bagian dari LNM Studio, komunitas ini lebih fokus ke pengembangan eksperimental untuk memberikan pengalaman baru dan unik bagi masyarakat melalui visualiasi projection mapping.
Meski baru berdiri di tahun 2017, LZY Visual ini sudah dipercaya untuk berkarya di berbagai event, mulai dari kompetisi e-sports internasional, festival seni dan budaya, acara pemerintah, hingga konser musik. Karya mereka bisa berupa holographic projections, kombinasi dance dan projection mapping, atau promosi brand dengan media projection mapping di eksterior gedung bersejarah, panggung besar, sampai pusat rekreasi.
Menariknya, kemunculan LZY Visual ternyata berawal dari iseng-iseng semata. Lima orang pendirinya saat itu merupakan mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang bertemu di sebuah workshop kampus, yakni Tedi Mursalat, Esa Perkasa, Mohammad Edo Barudy, Akbar Maulana S, dan Haris Wiratina. Bahkan, keisengan mereka itu pun bisa dilihat dari penggunaan nama LZY yang berasal dari kata “lazy”.
Terlepas dari itu, bukan berarti kelima founder LZY Visual nggak serius dengan apa yang mereka kerjakan. Berbekal skil dan minat berbeda di bidang branding, motion, teknis, dan lainnya, mereka mampu mengembangkan LZY Visual hingga bisa dikenal luas seperti sekarang. Tim inti mereka saat ini masih terdiri dari 5 orang, tapi total ada 13 kreator yang terlibat di studio dengan struktur kerja yang meliputi produksi, proyek, dan eksperimen.
LZY Visual terus berekspansi bukan tanpa prestasi. Berkat kualitas yang terus dijaga, LZY Visual pernah diberi kesempatan untuk menampilkan video mapping di dua gedung bersejarah di Surabaya, yaitu Gedung Siola pada peringatan Hari Lahir Surabaya yang ke-724 dan Tugu Parasamya Punakarya Nugraha yang merupakan titik nol kota Surabaya.
Nggak hanya berprestasi di dalam negeri, LZY Visual juga telah mengharumkan nama Indonesia dengan meraih Juara 3 pada ajang Light Up Festival 2017 di Rumania. Mereka berkompetisi dengan mengusung kampanye berjudul “Sorot Merah Putih di Benua Biru” yang menampilkan proyeksi sepanjang 70 meter. Selain itu, mereka pernah menjadi finalis di 1 Minute Projection Mapping 2018 di Nagasaki, Jepang.
Wujudkan Ambisi dengan Semangat Berbagi
Terkait perkembangan visual experience saat ini, LZY Visual yang diwakili Tedi menilai bahwa hal tersebut ikut dipengaruhi media sosial. Di sisi lain, nggak bisa dimungkiri kalau seni visual sebetulnya lebih dari sekadar untuk foto dan sharing di media sosial. “Seni visual juga menjadi experience yang menimbulkan rasa dan mikir di tengah hiruk pikuk kota. Efek seperti ini nggak bisa dipaksain. Orang akan ketemu sendiri saat beneran mengapresiasi. Kita cuma bisa kasih storytelling dan pesan-pesan tersirat.”
Namun demikian, LZY Visual selalu memberikan layanan berbeda untuk setiap klien mereka. “Konsep tetap berangkat dari tujuan stakeholder, misalnya ingin meriah, menunjukkan budaya, fitur produk, dan lain-lain, sehingga ini tergantung tipe karya dan klien,” tambah Tedi.
Sementara itu, masih terkait dengan aktivitas sharing, LZY Visual pun belakangan punya kegiatan sharing khusus di samping terus mengerjakan sejumlah proyek. LZY Visual turut memperkenalkan video mapping dan berbagi ilmu kepada masyarakat, khususnya anak muda, melalui seminar dan workshop. Sekitar setahun terakhir ini, mereka berupaya pula untuk memanfaatkan YouTube, di mana mereka menjelaskan step-by-step pembuatan video mapping. Dengan begitu, mereka berharap akan ada lebih banyak kreator video mapping baru yang bermunculan dan meramaikan industri kreatif.
Untuk ambisi selanjutnya, LZY Visual masih ingin konsisten menghadirkan video mapping di gedung bersejarah di Surabaya dan menjadikannya sebagai event tahunan yang ditunggu-tunggu. Mereka juga ingin mengadakan event menggunakan konsep yang mereka buat dengan berkolaborasi bersama kreator lain. Kalau secara venue, mereka berniat untuk mengeksplorasi daerah outdoor di Jawa Timur, sehingga karya yang dihasilkan bisa berinteraksi dengan alam dan nggak terkesan buatan.
Are you excited to see what’s next from LZY Visual, Urbaners? Sambil menunggu karya teranyar mereka, jangan lupa tonton video obrolan kami bersama Tedi dkk. selengkapnya di MLDSPOT TV Season 5 episode 11 dengan tema “Visual Aesthetic Experience” di YouTube Channel MLDSPOT TV. Please subscribe, and get yourself inspired!
Comments