Beberapa waktu lalu pemilik akun Twitter @bajrul menyita perhatian netizen lewat karya ilustrasinya yang menggambarkan sudut-sudut kota Bandung dengan background art anime. Kalau lo intip akun Twitter dan Instagram-nya @bazroel lo bakal menemukan ilustrasi Pasar Cikapundung, bangunan Chitose Tridaya, hingga kos-kosan Wisma 26 Babakan Sari yang terlihat sangat cantik.
“Bandung menjadi pilihan karena sejauh ini gue masih tinggal di Bandung. Kebanyakan jalan ataupun pemandangan yang gue gambar adalah spot-spot yang gue lewati ketika pergi dan pulang kerja, atau juga hasil hunting dari foto analog,” cerita pemilik nama lengkap Gelar Anugerah Munggaran ini. Simak kisah selengkapnya di sini!
Nggak Bisa Dibilang Hobi
Gigih membuat ilustrasi art anime Bandung sejak 2015, Gelar menganggap kegiatan ini bukan hobi. “Semenjak tahu kalau membuat ilustrasi bisa menjadi pekerjaan, gue mulai menekuni ilustrasi. Gue juga kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), jadi ilustrasi memang sesuatu yang gue pelajari,” cerita laki-laki asal Nagreg, Jawa Barat ini.
Gelar sengaja mengambil tema anime untuk setiap background art-nya, karena ia sendiri memang seorang wibu. Buat lo yang belum tahu, wibu adalah istilah untuk menyebut orang yang menggemari budaya Jepang. Sedari kecil, Gelar menyenangi animasi Jepang, ketika pada akhirnya memiliki kemampuan untuk membuat ilustrasi sendiri, akhirnya anime menjadi bagian dari karya-karyanya. “Ketika di tahap proses kreatif dan eksplorasi dulu, banyak gambar saya yang dipengaruhi oleh gaya gambar lainnya,” begitu pengakuan Gelar.
Menggali lebih dalam kenapa akhirnya animasi Jepang menjadi inspirasinya, Gelar menuturkan animasi Jepang sangat detail, terutama pada penggambaran background art-nya. Ada perbedaan mencolok antara anime dengan ilustrasi lain. “Anime itu terkadang lokasinya itu-itu saja, misalnya di dalam ruangan atau di sekitar rumah, tapi di gambar dengan sangat detail dan “hidup”. Membuat lo yang melihat bisa seolah benar-benar merasa dan ada di ruangan tersebut,” ungkap Gelar.
“Kebetulan topik yang gue angkat di tesis adalah background art. Secara simbolis, background art dalam anime Jepang sarat akan makna dalam budaya Jepang. Jadi awan saja mereka gambar serius karena memang awan menjadi bagian penting dalam cerita, dan maknanya juga banyak,” tambahnya.
Semangat inilah yang ingin dibawa Gelar dalam setiap karya ilustrasi dengan tema Bandung. Menurutnya, setiap lokasi di lingkungan kita layak untuk diilustrasikan pada background art animasi. Jadi, bukan masalah scenery-nya kalau Jepang lebih oke, tetapi perspektif memandang hal-hal kecil di sekitar yang sebetulnya sama-sama punya nilai estetis dan identitas sendiri.
Titik Ingin Menjadi Ilustrator
Selalu ada pencetus mengapa seseorang akhirnya memutuskan melakukan sesuatu yang akhirnya ditekuni secara intens. Buat mahasiswa yang sedang proses menyelesaikan kuliah S2-nya di Jurusan Desain ITB ini, motivasi tersebut datang ketika melihat ilustrasi karya Yusuke Nakamura untuk band Asian Kung Fu Generation.
“Waktu itu gue masih SMA dan begitu melihat cover album Asian Kung Fu Generation yang dibikin oleh Yusuke Nakamura langsung amazed. Tetapi, karena keterbatasan akses informasi di Nagreg, gue nggak bisa menggali lebih dalam. Sampai akhirnya pas kuliah di Bandung dan ada akses internet, barulah mulai bisa mengakses ilustrasi-ilustrasi lainnya,” cerita Gelar.
Menurut Gelar, ilustrasi Yusuke Nakamura dalam cover album Asian Kung Fu Generation justru nggak terlalu anime, dan malah lebih dekat ke gaya ukiyo-e dengan isu yang lebih modern. Kegandrungannya dengan karya-karya Yusuke Nakamura memantik Gelar membuat tribute untuk Yusuke dengan gayanya sendiri sampai akhirnya di-notice oleh Yusuke dan langsung di-review di Twitter dan di-follow, lho! Bangga banget kan, Urbaners?
Setelah Yusuke Nakamura, Gelar mulai kenalan dengan karya-karya film Hayao Miyazaki, Mamoru Hosoda dan satu film yaitu “Tekkonkinkreet” yang membuatnya semakin ingin menjadi background artist. “Shinji Kimura sebagai background artist sekaligus art director film tersebut adalah inspirasi utama gue,” cetusnya lagi.
Bikin Film dan Buka Studio Animasi
Terkait proses kreatif di luar membuat ilustrasi kota Bandung, Gelar saat ini punya studio desain grafis di Bandung bernama Portside Labs. Ia juga sedang mengajar di kelas Ilustrasi di DKV UNPAS, Bandung. Gelar pernah terlibat proyek kreatif membuat ilustrasi bersama band Bandung, The Schuberts, mulai dari membuat cover EP, package, dan promotion content-nya. “Selain The Schuberts, gue juga kolaborasi dengan National Perks, band asal Bandung juga. Tapi, di sini gue lebih ke art director, menggarap media fotografi dengan tema background art,” jelas Gelar.
“Gue punya cita-cita bikin film animasi sendiri, dengan napas lokal, dan background art yang serius. Harapannya sih kalau ternyata bisa bikin film sendiri, bisa bikin studio juga. Bantu skena film animasi Indonesia agar lebih diapresiasi dan punya tempat khusus di Indonesia,” Gelar menghaturkan harapan.
Temukan Perspektif Lo!
Apakah dunia ilustrasi sudah bisa menjadi pilihan karir yang menjanjikan? Kalau menurut Gelar, seiring dengan perkembangan dunia ilustrasi, ilustrasi sudah sangat terbantu dengan arus informasi sekarang. Ilustrasi bisa dikembangkan jadi IP (intellectual property), jadi komik sendiri, dan lewat media sosial.
Sebelum menutup perbincangan, Gelar memberi pesan, buat Urbaners yang tertarik untuk menekuni dunia ilustrasi, jangan bosan untuk berlatih, mencoba berbagai macam gaya gambar, referensi, dan koneksi.
“Lebih penting dari itu adalah ketika menyampaikan pesan dalam karya ilustrasi yang dipupuk lewat perspektif. Hal-hal kecil di keseharian bisa jadi istimewa jika diperhatikan lebih dalam, jika direpresentasikan kembali dengan baik di dalam karya. Jangan lupa, identitas lo sebagai orang Indonesia itu penting lho!” tutup Gelar mantap.
Tetap semangat dan jangan berhenti berlatih ya, Urbaners!
Comments