Urbaners, beberapa dari kita mungkin tak asing lagi dengan kutipan pidato Presiden ke-35 Amerika Serikat John F. Kennedy. "Jangan tanyakan apa yang negara dapat perbuat untuk anda, tetapi tanyakanlah apa yang dapat anda perbuat untuk negara!"
Yup, hal itu sepertinya nampak pada sosok Julius Salaka, seorang lulusan Universitas Brawijaya. Julius yang hidupnya sempat terpuruk, kini berhasil mengharumkan nama Indonesia melalui alat musik gitar.
Sebelum memulai usahanya di bidang gitar, Julius merupakan seorang kontraktor. Namun, karena adanya krisis moneter di tahun 1997, Julius terpaksa menganggur dan banting stir dari bidang yang sempat ia tekuni.
Pria berusia 49 tahun tersebut akhirnya memutuskan untuk membuat gitar. Dengan pengetahuan tentang kayu yang seadanya, Julius terus belajar mengenai gitar melalui Google dan buku yang ia beli. Gitar dipilihnya karena sejak kecil, gitar adalah alat musik yang ia sukai dan kuasai.
Di awal usahanya tersebut, Julius tak malu untuk mengakui bahwa ia sempat menjiplak karya orang lain. Titik baliknya membuat gitar model sendiri adalah setelah kelahiran anak keduanya. Ia berpikir bahwa menjiplak tak dapat dilakukan terus-menerus karena sama saja dengan tidak menghargai karya orang lain.
Akhirnya Julius membuat gitar dengan inovasinya sendiri yang diberi nama Stephallen Guitar. Nama tersebut diambil dari gabungan nama anak-anaknya, yaitu Steven dan Allen.
Stephallen Guitar kini dikenal di dunia internasional. Ini berawal dari almarhum Bayyin Nur, seorang wakil pemimpin majalah Audio Pro yang memperkenalkan Stephallen Guitar ke industri musik Indonesia.
Setelah itu, seorang gitaris jazz asal Bali, Balawan juga memesan gitar ke Julius. Balawan ternyata menyukai gitar buatan Julius dan ia gunakan untuk tur di dalam maupun luar negeri.
Gitaris Queen, Brian May sampai Rob Mcnay juga menggunakan karya Julius. Tembusnya karya Julius di pasar internasional sebenarnya didukung oleh keinginannya sedari dulu untuk datang dan melebarkan sayap ke Amerika. Bagi Julius, Amerika adalah kiblat industri musik dan ia harus ke sana dulu agar orang-orang mengenal karyanya.
Kedepannya, Julius berharap dapat terus berkarya dan berinovasi dalam bidang gitar. Bapak dua anak tersebut akan mengikuti pameran-pameran di luar negeri untuk melihat dan belajar dari orang lain.
Bagi Julius, ada dua kunci untuk mencapai kesuksesan. Yang pertama adalah passion, lo harus cinta dengan apa yang lo kerjakan. Kemudian konsistensi, yang dibagi menjadi tiga kata yaitu konsentrasi, konsistensi itu sendiri, dan inovasi.
Julius yakin bahwa tidak ada kegagalan dalam suatu proses. Karena di dalam kegagalan itu seseorang akan belajar banyak hal dan membuka potensi yang lain.
Comments