Ngomongin tentang fotografi, sebetulnya nggak hanya melibatkan kegiatan jeprat-jepret semata, entah itu pakai kamera HP atau kamera profesional. Di tahap berikutnya, masih ada proses editing yang perlu dilakukan untuk menyempurnakan tampilan yang dihasilkan. Nggak terbatas pada teknik pengambilan gambar, karya fotografi perlahan berkembang menjadi media pembelajaran yang lebih luas.
Sayangnya, nggak semua orang mau dan mampu untuk memanfaatkan karya fotografi secara bijak. Apalagi dengan pesatnya arus informasi di dunia maya, kita semua ujung-ujungnya harus ikut berperan aktif dalam memilih konten yang sesuai. Kalau istilahnya Pak Polisi, “Saring sebelum sharing.”
Anyway, thanks to Agan Harahap, karya fotografi akhirnya bisa lebih dimaknai secara berbeda dari beragam sudut pandang. Ketika mendengar namanya, banyak di antara lo mungkin langsung teringat dengan editan foto Mama Dedeh dan personil Blackpink atau Donald Trump dan Kim Jong Un. Yup, seniman Jogja ini adalah sosok yang kerap disebut sebagai ‘Sang Master Photoshop’ di Tanah Air.
Meski begitu, kemampuan seorang Agan lebih dari sekadar mengedit foto untuk iseng-iseng belaka. Melalui hasil karya tangan andalnya, dia justru berhasil membangun diskusi publik tentang isu terkini dan fenomena sosial sambil terus mengadakan pameran di dalam dan luar negeri.
Memaksimalkan Mata Sebagai Jendela Dunia
Agan mulai mengulik seni manipulasi foto di akhir tahun 1990-an. Di tengah banyaknya keterbatasan, dia mempelajari Photoshop secara otodidak dengan membaca buku dan mempraktikkannya di rumah. Basically, semua hanya berawal dari tugas kuliah yang perlahan berubah menjadi hobi. “Terjun ke dunia fotografi itu dimulai dari zaman kuliah DKV di Bandung. Gue nggak punya kamera tapi harus lulus. Gue pun meminjam foto-foto teman yang tidak terpakai untuk editing,” ungkapnya.
Uniknya, Agan ternyata baru benar-benar mempelajari teknik fotografi saat diterima menjadi fotografer di Trax Magazine pada tahun 2006. Langkahnya saat itu memang terbilang nekat, mengingat dia hanya bermodal keahlian motret pas-pasan dan lebih mengandalkan kemampuan editing-nya. Terlepas dari itu, pengalamannya yang berlangsung hingga tahun 2011 tersebut membuka banyak peluang networking baginya sebagai seorang fotografer sekaligus seniman.
Lebih lanjut, di sela-sela kegiatannya sebagai fotografer, Agan menyempatkan diri untuk meng-upload karya-karyanya ke berbagai website. Sebut saja deviantart.com. fotografer.net, dan flickr.com di antaranya. Siapa sangka, salah satu karyanya yang berjudul “Octopus Garden” dilirik oleh pihak DeviantArt. Dari situlah dia lalu mendapat tawaran untuk mengikuti pameran di sebuah desa di Portugal, yang menjadi momen berkesan karena menandai debut pamerannya di luar negeri.
Berkat “Octopus Garden” pula, peruntungan dan perjalanan karir Agan di dalam negeri semakin terbuka lebar. Karya editannya tersebut sukses membuatnya populer dan menjadi nominator dalam ajang Indonesia Art Award di Galeri Nasional pada tahun 2008. Padahal, dia menganggap karya yang menampilkan perempuan berkepala gurita pada medium print aluminium itu nggak memiliki konsep yang ‘wah’, hanya terinspirasi dari lagu The Beatles.
Lantas, apa sih yang bikin karya-karya Agan belakangan viral di media sosial? Well, bisa dipastikan ini karena kejeliannya dalam menggambungkan unsur-unsur yang nggak terduga di dalam sebuah layout. Pada kebanyakan kasus, dia menampilkan sosok para tokoh ternama mulai dari artis, politisi, hingga karakter fiktif dengan kombinasi latar dan situasi yang menjurus ke arah satir dan parodi. Genius, right?
Dengan kata lain, lo nggak bisa melihat karya Agan dari sisi permukaan saja. Lo harus melihat konteks dan narasi karyanya sebagai pagar atau batasan untuk bisa memahami maknanya. That’s why, dia menganggap kegiatan editing-nya tersebut sebagai bagian dari upaya untuk “turut mencerdaskan bangsa”. “Dulu gue pernah buat gambar bernuansa politik dan beberapa orang meyakini itu benar tanpa mencari terlebih dahulu kebenarannya. Mulai dari situ gue ingin mengajak orang-orang agar melihat kebenaran yang ada sebelum menyebarkan berita,” jelasnya.
FYI, Agan berbicara bukan tanpa alasan. Dia memiliki satu pengalaman khusus yang cukup berdampak dari kegiatan editing fotonya selama ini. Suatu kali, ada pemuka agama yang menggunakan hasil editannya sebagai bahan khotbah tanpa mengecek terlebih dahulu maksud di baliknya. Setelah mengetahui faktanya, suasana antara mereka menjadi awkward.
Sementara itu, untuk karya favoritnya sejauh ini, Agan memilih hasil editan Ahok bersama Habib Rizieq dan Pak Jokowi dengan dandanan anak punk. Ada pula Mardijker Photo Studio, yakni koleksi portret yang dikirim ke Singapore Bienalle 2016 dan bisa dibilang menjadi pencapaian tertingginya.
Untuk sekarang ini, Agan mengaku sedang banyak mengedit foto anaknya. Di samping itu, dia tengah mempersiapkan pameran tunggalnya di bulan Maret mendatang. Sebelumnya, pameran terakhirnya adalah di gelaran ArtJog 2019, yang merupakan sebuah cerita mitos dan legenda yang berjudul “Foruk”.
Satu kata buat Agan: Gokil! Kebayang nggak sih seniat apa dia bikin editan dan karya-karya lainnya, Urbaners? Kuy langsung ikutin kisah Agan selengkapnya di MLDSPOT TV Season 5 episode 12 dengan tema “Photography & Beyond”. Cari videonya di YouTube Channel MLDSPOT TV, lalu subscribe, and get yourself inspired!
Comments