Social media, atau yang biasa disingkat “sosmed” tiba di Indonesia pada tahun 2000an. Awal mulanya, sosmed hanya digunakan untuk menjembatani satu individu ke individu yang lain untuk saling berinteraksi, namun saat ini sosmed sudah digunakan anak-anak muda untuk berbisnis. Kami berkesempatan untuk berbincang bersama Kenneth William, salah satu dari sedikit anak muda yang berani menggunakan sosmed untuk berbisnis. Pria yang masih berumur 22 tahun ini adalah founder dari Folkative Media, media yang sudah memiliki lebih dari 55.000 followers di Instagram.
Awal mula
Kenneth bercerita bahwa Folkative bermula saat dia masih duduk di bangku kuliah dan baru serius menjalankannya 2 bulan belakangan ini. Folkative terlahir dari suatu ajang kompetisi ide bisnis saat Kenneth yang masih duduk di bangku kuliah mencoba untuk memberanikan diri berlaga di kompetisi tersebut. Akhirnya, Kenneth pun memenangkan kompetisi tersebut dengan mengajukan Folkative sebagai ide bisnis.
Rahasia meningkatkan followers
Menariknya, Folkative telah berhasil menggaet lebih dari 30.000 followers hanya dalam kurun waktu dua bulan. Ketika ditanya apa rahasia untuk meningkatkan followers, Kenneth menjawab bahwa kolaborasi adalah hal yang paling penting ketika membuat bisnis. “Karena kita tidak akan bisa berdiri sendiri dan harus mau ngerangkul orang-orang lain untuk maju bareng.” ujarnya.
Motivasi
Banyak keluarga di Indonesia mengharuskan anaknya untuk bekerja sebagai karyawan ketika mereka lulus sarjana. Namun, Kenneth memilih untuk menjadi entrepreneur dengan model bisnis yang bisa dibilang masih sangat baru. Suatu tekad yang bisa dibilang cukup riskan.
Ketika kami bertanya tentang apa motivasi seorang Kenneth untuk langsung menjadi entrepreneur, Ia menjawab “Daripada mengisi perkerjaan orang lain, lebih baik membuat lapangan kerja untuk orang lain”.
Keberanian
Tiga tips untuk memulai bisnis menurut Kenneth hanyalah “Berani, berani, berani.” Tetapi, layaknya manusia, Kenneth juga pernah merasakan ketakutan. Menurutnya, rasa takut ini sering melanda ketika dia menerima penolakan. Untungnya hal ini tak membuat tekad Kenneth surut “... justru penolakan itu membuat mental kita ditempa. Penolakan itu membuat kita semakin belajar untuk berani melakukan hal baru.”
Bisnis-bisnis sebelumnya
Ternyata, sebelum Kenneth memulai “Folkative,” Kenneth juga sempat mencoba bisnis-bisnis lain seperti berjualan jersey, sepatu, pembersih sepatu dan bunga. Semua bisnis-bisnisnya sebenarnya berjalan normal, namun ada satu hal yang kemudian membuat Kenneth bertekad untuk menghentikan bisnis-bisnisnya dan fokus untuk berdedikasi di Folkative. Saat ditanya mengapa, Kenneth menjawab bahwa ada satu titik dimana ia bingung. Apakah kedepannya ia akan tetap berbisnis seperti ini atau tidak. Karena dari semua bisnis berjualan yang ia jalankan saat ini, ujungnya hanya memberikan keuntungan pribadi. Ia merasa kosong. Padahal ia ingin mempunyai bisnis yang memberi impact bagi orang lain.
Pelajaran
Ada 3 pelajaran yang bisa ditangkap dari perbincangan kami bersama Kenneth. Pertama, kolaborasi. Manusia sebagai mahkluk sosial membutuhkan kolaborasi untuk saling memajukan. Tanpa berkolaborasi, manusia akan susah berkembang, rapuh, lalu terjatuh. Begitupun juga di dunia bisnis, tanpa kolaborasi bisnis akan susah berkembang, rapuh lalu terjatuh. Kedua, positive impact. Dalam berbisnis, positive impact adalah mata uang yang sangat berharga. Jika bisnismu tidak memberi positive impact kepada orang lain, maka hidupmu bisa terasa hampa. Ketiga, berani, berani, dan berani. Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut. Keberanian adalah ketika hati kecil kita berkata, “Walaupun ini menakutkan, saya akan tetap menghadapi dan menaklukan ketakutan ini.” Jadi, cobalah untuk bertanya: “Sudahkah saya membuka mata, hati dan telinga untuk berkolaborasi?” “Impact apa yang sudah kamu berikan kepada orang lain?” dan terakhir, “Sudahkah hati kecilmu melawan rasa takut?”.
Comments