Meningkatnya tren travelling belakangan ini tampaknya ikut berpengaruh pada popularitas wisata dan olahraga air di Indonesia. Secara khusus, surfing masih menjadi salah satu pilihan kegiatan yang cukup diminati. Bahkan, alternatif lokasinya kini nggak hanya terbatas di Pulau Jawa dan Bali saja, tapi juga mencakup wilayah lain di Indonesia yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat luas.
Nah, ngomongin soal surfing, belum lengkap rasanya kalau nggak membahas soal surfer-nya. FYI, meski surfing terkesan masih belum menjadi olahraga utama di Indonesia, kabarnya surfer Tanah Air termasuk yang paling sukses dan berpengaruh di Asia loh, Urbaners. Kalau lo nggak percaya, lo harus kenalan nih sama salah satu surfer muda berbakat kita, yakni Salini Rengganis.
Salini Rengganis atau yang akrab disapa Sali memang baru menginjak usia 21 tahun pada tanggal 13 Agustus yang lalu. Namun demikian, gadis campuran India-Jawa ini sudah menjadi pro surfer selama lebih dari setengah hidupnya. Ketertarikannya terhadap dunia surfing dimulai saat baru berusia 5 tahun. Setelah pindah dari Yogyakarta ke Pacitan, Jawa Timur, dia tinggal sekitar 500 meter dari Pantai Teleng Ria dan sering melihat banyak surfer menaklukkan ombak di sana. Dari situlah perjalannya dimulai.
Sali pertama kali belajar surfing bersama ayahnya, Widjanarko Sadmoko alias Weid Dewa. Sang ayah yang berprofesi sebagai fotografer basically nggak punya background surfing sama sekali, tapi sempat menggeluti diving. Selain itu, beliau sebenarnya lebih pengen anak semata wayangnya jadi model ketimbang surfer. Meski begitu, beliau akhirnya memutuskan untuk mempelajari teknik surfing secara otodidak agar bisa melatih putrinya.
Perlahan tapi pasti, dengan bimbingan sang ayah Sali berhasil mendalami kemampuan surfing. Dia mengikuti kompetisi perdananya di usia 7 tahun dan di tahun berikutnya dia sukses menjuarai ajang surfing. Hingga di usia ke-17, dia pun sudah memenangkan sejumlah kejuaraan surfing nasional dan internasional. Kompetisi terakhir yang diikutinya adalah Krui Pro 2017-2018 yang berlangsung di Lampung. Khusus untuk Krui Pro 2017, dia meraih posisi ke-18.
Beberapa prestasi yang pernah diraih Sali antara lain The Best Selection Wave Rip Curl Surfing Competition (2008), Juara 1 Girls After 7 Years Surf Contest (2009), Rider Surfer Girl 2010-2013, Pro Women Surfer 2012, serta penerima penghargaan Pembawa Nama Baik Daerah Bidang Prestasi Selancar dari Pemerintah Kabupaten Pacitan. Bahkan, sejak usia 10 tahun hingga sekarang dia masih dipercaya sebagai brand ambassador Surfer Girl. What a cool girl, right?
Gokilnya lagi, saat ulang tahun ke-17 Sali melakukan surfing selama 12 jam pada pukul 06.00-18.00 WIB di Pantai Watukarung, Pacitan. Di samping itu, setiap tanggal 21 April Salini selalu berselancar mengenakan kebaya. Hal unik itu dilakukannya sebagai bentuk penghormatan kepada sosok R.A. Kartini.
The Real Girl Power
Well, terlepas dari semua pencapaian Sali sejauh ini, bukan berarti dia nggak pernah menghadapi kendala. Di awal kiprahnya, dia mengalami pengalaman menakutkan. Dirinya yang saat itu belum begitu mahir berenang sempat tergulung ombak sampai tiga kali. Dada, pinggul, dan kakinya terkena karang sampai-sampai harus mendapat enam jahitan. Hal tersebut lantas membuatnya trauma dan mogok belajar surfing selama dua minggu.
Nggak cuma itu saja, di usia belia Sali pernah harus mengikuti kompetisi di Mentawai sendirian, dalam keadaan cidera pula. Walau demikian, kompetisi itu tetap menjadi pengalaman yang berkesan baginya. “Perlombaan yang paling berkesan itu di Mentawai karena aku dilepas pergi sendiri dan umur aku baru 13 tahun. Aku kebetulan hanya sampai semifinal karena saat itu kaki aku luka terkena karang dan dapat lima jahitan,” jelasnya.
Sekarang, Sali memang sudah cukup lama nggak join kompetisi profesional. Tapi, dia masih rutin latihan fisik dan surfing di dekat rumahnya. At least dia latihan 3-5 kali dalam seminggu, tergantung kondisi cuaca dan ombak. Kalau memang nggak memungkinkan banget, dia biasanya bakal menjajal aktivitas outdoor lainnya, seperti surf skate dan panjat tebing.
Yang terbaru, Sali sedang menjajal kemampuan di dunia hiburan sebagai aktris, model, brand ambassador, dan influencer di media sosial. Di akhir tahun lalu misalnya, dia debut di layar lebar melalui film horor “Tujuh Bidadari”. So far dia belum berencana untuk kembali bermain film. Dia masih ingin fokus jadi influencer sambil pelan-pelan kembali aktif di surfing.
Sali pun bertekad meski dirinya masuk ke dunia hiburan, dia nggak akan pernah meninggalkan surfing. Baginya, menaklukkan ombak yang sudah menjadi passion-nya sejak kecil dan dunia hiburan yang baru digelutinya sama-sama menyenangkan. Namun, kebahagiaan sejatinya tetap ada di surfing. “Buat aku, surfing adalah kebahagiaan. Surfing sudah menjadi bagian dari hidup aku dan melekat dengan diri aku.”
Untuk selanjutnya, Sali berharap dirinya bisa terus menginspirasi dan memotivasi anak-anak muda—khususnya para perempuan—untuk belajar surfing dan jadi pro surfer, mengingat pro surfer asal Indonesia jumlahnya belum banyak. Jika diberi kesempatan, dalam waktu dekat dia ingin jadi instruktur workshop atau kelas surfing singkat. Dia juga ingin memiliki sekolah surfing-nya sendiri.
Wah, wah, wah… Siapa nih di antara lo yang langsung ngefans sama sosok Inspiring People kali ini, Urbaners? Kalau lo masih mau mengulik lebih lanjut seperti apa sebetulnya seorang Salini Rengganis, langsung deh meluncur ke YouTube Channel MLDSPOT TV. Tonton MLDSPOT TV Season 4 episode 11 dengan tema “Beyond the Water”, subscribe our channel, and get yourself inspired!
Comments