Pada sadar nggak, sih? Semenjak memasuki era new normal, tren sepeda di ibukota malah jadi hype lagi. Kalo lo liat di Instagram, ada berapa banyak temen yang update lagi gowes? Malahan – udah bukan fixie aja yang berseliweran di jalanan Jakarta, tapi juga ada road bike, sepeda lipat, minivelo, sampai BMX.
Situasi yang mengharuskan kita untuk membatasi jarak hingga work from home (WFH) memungkinkan aktivitas bersepeda untuk lebih sering dilakukan – nggak harus saat weekend aja.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Panji Indra – seorang fotografer yang punya hobi bersepeda. Awalnya, Panji punya keinginan membuat sebuah project yang menggabungkan antara hobi bersepeda dengan pekerjaannya sebagai fotografer.
Tren sepeda yang kembali meledak ini memberikan inspirasi untuk membuat project dokumentasi pesepeda pertama di Indonesia: The Cyclist’s Portrait.
Bertahun-tahun menjadi seorang fotografer fashion – di berbagai majalah membuatnya memiliki style editorial yang kuat. Gaya foto editorial yang dikombinasikan dengan beragam rupa orang dan bentuk sepeda menciptakan suasana yang baru. Panji melakukan semuanya seorang diri, bermodalkan kamera dan set foto portable yang biasa Ia bawa dengan sepedanya.
“Gue pengen membawa background dan feeling foto di studio ke jalanan.” ujar Panji, ketika menjelaskan kenapa ia “memburu” pesepeda untuk jadi subjek foto. Background abu-abu yang berpadu dengan berbagai lingkungan sekitar mulai dari jalanan, parkiran, hingga gang perumahan menjadi signature The Cyclist’s Portrait.
Dari Road Bike Hingga “Starling”, Pesepeda Punya Cerita
Salah satu hal yang membuat The Cyclist’s Portrait menarik untuk diikuti adalah gimana cara Panji mengangkat sisi humanis dari pesepeda. Ide ini muncul ketika Panji memulai The Cyclist’s Portrait dan bertemu seorang penjual minuman keliling- yang sering disebut “starling”. Akhirnya, saat itulah Panji menyadari, bahwa sebagian orang tidak bersepeda untuk gaya hidup, melainkan untuk bertahan hidup.
“Setelah gue lihat, pedagang-pedagang bersepeda ini adalah orang-orang yang sehari-hari mencari uang dan hidup pakai sepeda. Sesuai, nih, sama tujuannya The Cyclist’s Portrait,” terang Panji.
Kalo lo baca caption-nya, The Cyclist’s Portrait enggak mengangkat kegiatan atau teknis sepeda, tetapi menggali cerita dibalik pesepeda itu sendiri. Panji tidak hanya sekedar mengambil foto, tetapi juga menyempatkan diri untuk mendengarkan cerita tentang peran sepeda dalam hidup subjek fotonya.
Jadi, jangan heran ketika lo liat ada beragam pesepeda yang masuk di Instagram @thecyclistportrait, mulai dari yang pakai road bike sampai “starling” dan odong-odong pun ada.
Petualangan Panji “Berburu” Kisah Para Pesepeda
Tinggal di Alam Sutera, Tangerang, keliling pakai sepeda bukan masalah besar buat Panji. Dia yang udah terbiasa buat commuting dari tempat kerjanya di pusat kota Jakarta, kembali lagi ke rumah, atau gowes bareng teman-temannya bikin aktivitasnya untuk The Cyclist’s Portrait terasa normal.
Bukan cuma itu aja, Panji juga menggunakan sepeda adalah agar terlihat “setara” dengan subjek fotonya. Hal ini sangat memudahkan Panji ketika meng-approach pedagang bersepeda untuk menjadi subjek foto.
Namun, nggak semua orang menerima ajakan foto Panji untuk The Cyclist’s Portrait. Baginya, hal ini tidak masalah karena memang harus ada consent untuk seseorang mau difoto dan dipublikasikan.
Lama kelamaan, antusiasme terhadap The Cyclist’s Portrait semakin tinggi. Total pesepeda yang telah difoto telah menembus angka 1.000. Walaupun Panji aktif berkeliling untuk mencari subjek foto, banyak juga permintaan dari pesepeda baik perorangan maupun komunitas untuk difoto. Hal ini diakali Panji dengan cara membuka open commission, yang nanti hasilnya akan disumbangkan untuk para pedagang bersepeda.
“Gue pengen tren sepeda enggak cuma bertahan 1-2 tahun aja, tapi bisa selamanya,” harapnya. The Cyclist’s Portrait bukanlah sekedar passion project milik Panji saja, melainkan telah menjadi sebuah medium untuk mengabadikan kultur sepeda di Indonesia.
Mulai dari proses foto hingga peralatan yang digunakan Panji bisa lo lihat dengan nonton MLDSPOT TV Season 7 Episode 1 ‘Merekam Kultur Sepeda’. Jangan lupa subscribe Youtube channel MLDSPOT TV, follow @mldspot di Instagram, dan get yourself inspired by MLDSPOT.
Comments