Sumber: @mlggoodplace
Gue masih ingat betul gimana dulu setiap kali akhir pekan tiba, jalanan Malang kayak makin hidup. Gak perlu stadion gede, cukup spot-spot lokal yang simple tapi bikin lo ngerasa kayak lagi di klub musik keren.
Dulu ada Houtenhand, Backline, sama Godbless Cafe 2—tiga tempat yang waktu itu nyatain kalau Malang juga punya scene musik yang solid. Sekarang? Mereka udah hilang, cuma tinggal cerita di tongkrongan dan feed Instagram.
Houtenhand

Sumber: @ryodinata
Dulu, Houtenhand di Jalan Ijen adalah ‘markas rahasia’ buat anak-anak indie dan punk. Pertama kali masuk sana: pemandangan lampu remang, poster band terpampang di dinding, dan suara distorsi Marshall yang bikin jantung berdegup kencang.
Setiap Jumat dan Sabtu, Houtenhand transform jadi medan perang kreatif—battle of the bands lokal yang bikin semua orang teriak bareng. Lo harusnya pernah coba moshpit di situ sampai sepatu ketelenin tanah, dan ketemu temen-temen baru yang sama-sama doyan eksperimen suara.
Sayangnya, sejak akhir 2018, Houtenhand mulai kewalahan bayar sewa yang tiba-tiba naik drastis.. Di awal 2019, Houtenhand resmi tutup, dan gue masih sering kangen lihat spot itu lagi hidup. Banyak orang juga, sejujurnya.
Backline

Sumber: @backlinemlg
Masih ingat juga Backline, tempat yang awalnya toko alat musik doang, tapi lama-lama jadi venue dadakan paling hype di daerah SCBD (Sudimoro Central Business District, kalo kata anak-anak sana. Hahaha!)
Kehadirannya bikin banyak band baru pede tampil. Tapi ya, pandemi COVID-19 di awal 2020 bener-bener ngacak-ngacak semua rencana. Toko sepi, gigs dilarang, sementara tagihan tetap jalan.
Meski sempat coba gelar konser outdoor pas new normal, regulasi PSBB di Malang ketat banget. Sampai akhirnya, di pertengahan 2021, Backline menutup tirai permanen—dan rasanya rumah kedua komunitas musik itu sirna begitu aja.
Godbless Cafe 2

Sumber: @gugunblues.shelter
Kalau Godbless Cafe 2, ini sih spot yang paling “Instagrammable”. Terletak di kawasan heritage Kayutangan, kafe ini serasa museum musik rock. Orang-orang pasti punya tuh, koleksi foto mural gitar antik di dindingnya, lengkap sama poster jadul God Bless yang iconic.
Godbless Café 2 juga menjadi salah satu spot manggung terkeren. Udah banyak band-band yang singgah di sini, salah satunya Sigmun. Sayangnya, mereka harus tutup permanen lantaran gak bisa menjalankan peran sebagai ‘café’ sebagaimana mestinya.
Ya, Godbless Café 2 hanya rame pas ada gigs doang. Orang-orang bisa bertumpah ruah di sana. Berbanding terbalik kalau hari biasa, sepi banget. Gue pernah dateng ke sana saat ga ada gigs dan literally cuma gue, satu temen, dan orang di sana aja. Padahal itu bukan hari mereka libur.
Mungkin beberapa spot baru udah coba nge-revive semangat itu, tapi aura yang dulu punya Houtenhand, Backline, atau Godbless Cafe 2 sulit ditiru.
Kenangan-kenangan kecil—moshing pertama, solo gitar yang bikin merinding, atau nyanyi bareng stranger—itu yang bikin scene gigs Malang berasa spesial. Siapa tau suatu hari bakal ada generasi baru yang bikin tempat lebih greget lagi.
Gue tahu masih banyak kenangan lain soal spot-spot legendaris Malang yang udah tutup. Sharing pengalaman lo, biar kita semua bisa ikut throwback bareng!
(PC)



Comments