Hai Urbaners, pernah dengar produk jam berbahan kayu? Kalau gitu nggak asing dong sama brand lokal yang satu ini, Matoa. Inspirasi Lucky, founder Matoa untuk membuat jam tangan kayu ini adalah ketika ia melihat sebuah produk jam asal Amerika. Ia terpikir bahwa produk jam tangan kayu di Indonesia akan laku dan untuk produksinya sendiri akan cukup mudah, mengingat banyaknya pengrajin kayu yang ada di Indonesia.
Kayu eboni dan maple dipilih sebagai bahan utama produk jam Matoa. Eboni berasal dari Makassar, kayu ini memiliki warna yang cukup gelap sedangkan maple diimpor langsung dari Kanada memiliki warna yang cukup terang.
Kayu ini dipilih karena tampilan warnanya yang menarik. Enggak cuma bahannya yang unik, produk Matoa juga selalu menyelipkan unsur lokal. Salah satunya dengan menggunakan nama-nama daerah di Indonesia untuk setiap tipe jam Matoa. Seperti Gili, Moyo, Rote, Flores, Sumba, Alor, Sunda, Tomia, Way Kambas, Mori, dan Kaili.
Ada lima tahap dalam produksi jam Matoa yang diperuntukkan bagi pria dan wanita ini. Pertama, Computer Nuerical Control atau CNC. Kedua, proses penghalusan dan ketiga proses pengeboran atau perakitan awal. Lalu, keempat adalah proses coating dan terakhir proses assembly atau perakitan akhir.
Pemesanan sendiri bisa dilakukan melalui website resminya di www.matoa-indonesia.com atau Instagram @matoa_id. Mengusung konsep urban, simplicity, dan nature, produk Matoa kini telah merambah pasar Eropa, Amerika, Singapura, Malaysia, Jepang, bahkan Saudi Arabia.
Lucky sang owner berharap ke depannya industri jam tangan kayu semakin besar dan berkembang di Indonesia. Ia ingin agar Indonesia menjadi semacam hub layaknya di Hongkong, karena Hongkong merupakan hub jam tangan di Asia. Dan Lucky meyakini, dengan banyaknya pegiat kreatif di Indonesia, seharusnya Indonesia bisa mencapai titik itu suatu saat nanti.
Comments