Trending
Senin, 29 September 2025

Dari Threads sampai BeReal: Kenapa Semua Aplikasi Sekarang Pengen Jadi ‘Jujur’?

  • Share
  • fb-share
Dari Threads sampai BeReal: Kenapa Semua Aplikasi Sekarang Pengen Jadi ‘Jujur’?

Kalau Instagram itu tentang feed rapi, foto estetik, dan caption thoughtful, sekarang tiba-tiba kita disuruh nampak “nyaris apa adanya”. 

Threads, BeReal, dan tren “unfiltered” lain bukan cuma nama aplikasi. Mereka lebih kayak respons kolektif: capek sama yang terlalu disusun, pengen sesuatu yang terasa... manusiawi.

Aplikasi-aplikasi ini jadi gelombang platform baru dalam beberapa tahun terakhir, dengan fitur yang menekankan spontanitas dan ketidaksempurnaan. BeReal, misalnya, maksa usernya ngupload momen dalam waktu singkat; ngurangin kesempatan mengedit dan staging. 

Sumbernya Tetep Instagram

Threads lahir dari tim Instagram dan datang dengan janji percakapan teks yang lebih natural, terhubung langsung ke identitas Instagram lo. Idenya: kalau Instagram terlalu “curated”, mari buat ruang yang terasa lebih simpel dan obrolannya lebih direct.

Generasi muda terutama Gen Z suka hal yang terasa nyata. Mereka tumbuh ngelihat gimana estetika Instagram mengatur standar, lalu mulai menolak tekanan itu dengan gaya baru: foto seadanya, story yang gak diedit, sampai second account yang lebih jujur. 

Penelitian dan tulisan akademik nunjukin bahwa nilai keaslian ini bukan cuma mode, tapi cerminan preferensi sosial dan psikologis generasi tersebut. 

Trus, apakah ini jujurnya beneran atau sekadar gimmick doang? Di sinilah obrolannya jadi menarik. Banyak pengamat bilang kalau apa yang diklaim sebagai “autentik” seringkali tetap merupakan bentuk performa. 

Lo mungkin gak lagi memakai filter, tapi lo tetap memilih sudut yang paling enak dilihat, atau nyingkirin barang yang bikin ruangan berantakan. Ini negasin kalau “realness” bisa berubah jadi estetika baru sekaligus alat pemasaran. 

Harus Gimana Sebagai User?

Santai. Pilih apa yang bikin lo nyaman. Kalau lo capek lihat feed penuh pose, coba platform yang memang menuntut spontanitas. Tapi tetap sadar: tidak semua yang terlihat “real” betul-betul lepas dari strategi. 

Kuncinya sederhana: konsumsi dengan mata kritis, interaksi dengan niat, dan upload sesuatu yang memang mewakili lo, bukan yang lo kira bakal dapat banyak like.

Akhirnya, tren “lebih jujur” ini bukan soal aplikasi semata. Itu soal keinginan kolektif untuk lowkey pencitraan dan mendengar lagi suara sehari-hari yang ‘biasa’. Entah ini bertahan lama atau cuma babak baru dalam siklus estetika, satu yang pasti: kita lagi nonton eksperimen sosial yang cukup seru.

Jadi, lo pilih jadi real atau fake kalau di sosmed?

Comments
Putra Pratama
jujur tapi..
Linda NM
nice info, thanks