Trending
Senin, 05 Januari 2015

Dear Hollywood, Jangan Jejali Kami dengan Banyak Sekuel!

  • Share
  • fb-share
Dear Hollywood, Jangan Jejali Kami dengan Banyak Sekuel!

Bagi fanatik film tertentu, kehadiran sekuel memang menjadi sama uforia tersendiri. Tapi apakah perlu uforia itu harus dilakukan berlarut-larut? Inilah yang terjadi di Hollywood, ketika kreativitas sineasnya sudah mulai menyurut karena disulut harapan muluk pundi-pundi uang yang gendut.

Sekedar membali waktu ke tahun 2011, mata kita sudah dijejali film-film sekuel dari Pirates of the Caribbean, Scream, Saw, Spy Kids, X-Men, Final Destination, Shrek, Twillight Saga, hingga American Pie. Tahun depan, sekuel-sekuel yang siap menjajah layar lebar di antaranya dari film Batman, Monsters Inc, Transformers, G.I Joe, Jusassic Park, dan James Bond.

Sebenarnya sih fine-fine aja jika sebuah film dibuatkan sekuel. Cuma terkadang, karena faktor ketamakan dari sang produser, banyak sekuel yang cenderung dipaksakan sehingga tak ubahnya hanya de-javu dari film orsinilnya. Sequels area no-brainers when it comes to economics, seriously.

Contoh aja film Saw. Ketika versi orsinilnya menghentak box-office, sang produser tidak tanggung-tanggung membuat film ini sebanyak enam sekuel yang diputar setiap tahun bertepatan dengan perayaan Halloween. Temanya tidak jauh-jauh beda dari pendahulunya, dimana pada durasi awal diisi dengan adegan orang yang terbangun dari pingsan dan tiba-tiba sudah berada di arena penyiksaan.

Herannya plot seperti ini kerap diulang di sekuel-sekuel selanjutnya. Lebih konyolnya lagi, final chapter film yang mempertontonkan kesadisan John 'Jigsaw' Kramer ini dibuat dalam versi 3D. Mungkin niatan produsernya adalah ingin menciptakan sensasi bagi penontonnya seolah-seolah sedang benar-benar disiksa Jigsaw. Sayangnya, semua itu gagal total lantaran efek CGI dari tiap adegan penyiksaan terlihat murahan. Tak heran film ini diganjar sebagai film 3D terburuk di ajang Razzie Awards.

Masih kurang membosankan? Ada Final Destination. Hampir mirip seperti Saw, plot dari sekuel ini seperti copy-paste dari versi original-nya, di mana ada seorang survivor dari sebuah kecelakaan mematikan yang harus berjuang melawan maut karena dianggap telah mengacaukan skenario ajal lewat firasatnya. Yang membedakan dari sekuel-sekuel film ini hanya aktor, cara kematian, dan setting-nya saja. Pesawat, jalan tol, roller coaster, arena balap, dan jembatan sudah menjadi setting adegan dari film ini dan sekuelnya. Selanjutnya apa?

Faktanya, secara box-office sekuel terbilang berhasil. Tak heran jika banyak produser yang akan terus menciptakan sekuel sejauh itu berpotensi menghasilkan pundi-pundi uang. Asal tahu aja, banyak produser menciptakan sekuel karena memang lebih mudah diproduksi dan dipromosikan, lantaran sudah memiliki fanbase yang kuat dan fanatic, serta tidak perlu repot-repot membangun ide orsinil. Jadi, sekalipun plot yang dihadirkan itu-itu aja, tetap saja sebuah sekuel berpotensi menjadi hit karena para fanboy akan datang dan menyaksikan.

 

 

Comments
RAHAYU
Herannya plot seperti ini kerap diulang di sekuel-sekuel selanjutnya. Lebih konyolnya lagi, final chapter film yang mempertontonkan kesadisan John 'Jigsaw' Kramer ini dibuat dalam versi 3D. Mungkin niatan produsernya adalah ingin menciptakan sensasi bagi penontonnya seolah-seolah sedang benar-benar disiksa Jigsaw. Sayangnya, semua itu gagal total lantaran efek CGI dari tiap adegan penyiksaan terlihat murahan. Tak heran film ini diganjar sebagai film 3D terburuk di ajang Razzie Awards.
Ardi Widisetiawan
Final Destination sadis