Di era yang serba maju kayak sekarang, penggunaan sosial media untuk berbisnis udah jadi hal yang masif dan sepertinya hampir dilakukan oleh setiap para pelaku bisnis untuk memperluas pasarnya dan juga meningkatkan brand awareness di tengah masyarakat.
Penggunaan sosial media ini juga seringkali dimanfaatkan untuk menjalankan campaign yang lo lakukan pada bisnis lo untuk lebih berkembang. Tapi ternyata dalam membuat campaign, lo harus punya strategi yang pas buat bisnis lo – karena kalo nggak, campaign lo akan sia-sia, bro!
Biar hal itu nggak sampai terjadi, di artikel kali ini MLDSPOT punya trik buat lo untuk menggunakan startegi Attribution Modeling. Strategi yang akan memudahkan lo dalam membuat prioritas dalam campaign yang akan lo jalankan ini masih banyak diketahui banyak orang, loh.
Jangan salah ambil langkah, lebih baik simak selengkapnya di bawah!
Mengenal Attribution Modeling
Credit image – Bplans Blog
Merujuk pada CallRail, attribution modeling merupakan strategi digital marketing yang bersifat analitik yang dilakukan dengan menganalisis dan menentukan credit atau nilai tertentu pada setiap marketing touchpoint yang ada dalam customer journey.
Dalam menjalan bisnis ini nantinya lo akan diwajibkan untuk memantau perjalanan seseorang ketika akan melakukan pembelian – dari mulai si calon konsumen mencari produknya hingga memutuskan untuk membelinya.
Dengan cara ini, lo akan bisa memahami bagian mana dari customer journey dan marketing touchpoint yang paling banyak menghasilkan lead. Lo juga bisa mengetahui mana channel marketing yang bisa memberikan keuntungan paling besar pada campaign yang dijalankan.
Dengan mengetahui customer journey ini – lo akan lebih tepat dalam mengambil keputusan-keputusan yang akan dilakukan. Nantinya, campaign yang lo lakukan akan membuahkan hasil yang lebih maksimal.
Tipe dari Atrribution Modeling
-
#1 – Single-Touch Model
Single-touch model ini merupakan model yang memberikan credit dalam sebuah touchpoint pada customer journey seorang lead. Model dari jenis ini sendiri terbagi lagi menjadi lima jenis.
Yaitu first touch model, qualified lead model, lead creation model, last non-direct click model, dan yang terkahir last model. Untuk attribution modeling yang satu ini hanya memberi credit pada titik awal, kekurangannya adalah para seller kemungkinan besar jadi kurang memperhatikan proses pembelian seorang pelanggan secara keseluruhan.
Tapi, bukan berarti single-touch model ini merupakan pilihan yang buruk, bro. Cuma aja, model ini akan lebih cocok pada tipe customer journey tertentu. Jadi, pastikan lo menggunakan model yang tepat ya!
-
#2 – Multi-Touch Model
Untuk attribution modeling yang satu ini, lo akan mendapatkan solusi pada kekurangan yang dimiliki oleh single-touch model. Karena dengan model ini, sebagai penjual lo diharuskan untuk memberi credit untuk sumber traffic alias titik awal interaksi yang berbeda-beda.
Jenis yang dimiliki oleh model ini pun ada banyak, yaitu linear attribution, time decay attribution
u-shaped attribution, w-shaped attribution, dan juga z-shaped attribution. Model ini dianggap lebih mendalam dan menjanjikan serta mampu memberi lebih banyak insight dibandingkan dengan model yang udah disebutkan sebelumnya, single-touch model.
Menentukan Model yang Tepat
Credit image – BNB Markets
Setelah mengetahui banyak model yang bisa lo pertimbangkan untuk melakukan attribution modeling, mungkin pertanyaannya sekarang adalah – gimana cara memilih model yang tepat untuk bisnis lo?
Yang pertama – perlu lo pahami bahwa customer journey satu produk dengan lainnya nggak akan sama. Begitu juga dari satu orang ke yang lain – pasti ada keunikan dan daya tarik masing-masing yang nggak akan bisa disamaratakan.
Lo bisa menentukannya dengan menimbang secara matang tentang seberapa rumit customer journey yang udah lo rancang untuk bisnis lo sendiri. Biasanya, semakin banyak ads yang dipasang maka akan semakin banyak interaksi dari berbagai channel yang dipasangkan.
Pemilihan model bisa dilakukan dengan menimbang seberapa rumit customer journey yang dilakukan oleh si calon konsumen.
Untuk perjalanan yang panjang dan sedikit rumit dan telah melakukan interaksi dengan bisnis lo beberapa kali, maka multi-touch model adalah pilihan yang tepat. Sedangkan untuk konsumen yang lebih sederhana dan nggak banyak mempertimbangkan, single-touch model lebih disarankan.
Setelah membaca tips ini, lo jadi tau gimana sebuah campaign dalam bisnis yang dijalankan bisa terlaksana dengan baik. Nggak ada pilihan salah atau benar dalam menggunakan modelnya – pastikan lo memilih model yang tepat dengan menganalisis dengan baik ya, bro!
Comments