Trending
Kamis, 24 Januari 2019

Uji Hahan: Seribu Ide, Seribu Media

  • Share
  • fb-share
Uji Hahan: Seribu Ide, Seribu Media

"Keterbatasan bukan menjadi halangan. tetapi lebih bagaimana mensiasati keterbatasan tersebut," itulah kata Uji Handoko Eko Saputro yang akrab disapa Hahan, seniman asal Jogjakarta yang tidak pernah berhenti berkarya. Hahan mengaku selalu ada kesulitan yang berbeda-beda setiap membuat karya. Apalagi Hahan selalu eksplor media yang digunakan. Yang membuat seniman ini luar biasa adalah, ia bersama seniman-seniman lain yang tergabung di Ace House Collective, membangun relasi dengan seniman daerah lain baik dalam maupun luar negeri serta berbagi apa yang mereka butuhkan melalui project kolaborasi. Belum lagi memikirkan tentang perjuangan seniman yang masih merintis. Yuk, kenal lebih dekat dengan seniman satu ini!

 

Media menyesuaikan kebutuhan ide

Media menyesuaikan kebutuhan ide

Jika lo bertanya, media apa yang Hahan gunakan dalam membuat karya-nya? Jawabannya adalah hampir semua! Langkah awal memang ia menggambar sebagai ide pertama, lalu untuk realisasinya media mengikuti apa yang dibutuhkan dan mendukung ide itu sendiri. Sebagai contoh, jika ingin membuat suatu karya mengenai sistem pasar, berarti harus membuat sesuatu yang performatif, sehingga orang awam pun bisa mengerti maksud dari karya tersebut.

Media menyesuaikan kebutuhan ide

Bagi Hahan, ide adalah inti dari karya-karyanya. Saat ditanya media apa yang jadi favorit, Hahan menjawab dengan yakin "Bukan medianya tetapi lebih ke mendapatkan ide yang sangat konkret & jelas". Nggak heran, sejak tahun 2000-an awal Hahan sudah mengeksplor berbagai media, mulai dari canvas, woodcut, painting, etching, sculpture, mural, graffiti, performance art sampai musik.

Media menyesuaikan kebutuhan ide

 

 Semua karya mempunyai kesulitan masing-masing

 Semua karya mempunyai kesulitan masing-masing

Hahan yang selalu mencoba media yang berbeda mengaku bahwa setiap membuat karya juga punya kesulitan masing-masing. Stress pasti ada mulai dari ide, material, atau bagaimana mengomunikasikan ide menjadi suatu objek. Hahan pun sharing bahwa salah satu yang paling sulit adalah ide awal yang juga harus berhubungan tentang apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Karena harus ada satu tarikan yang membuat semua terhubung.

Meskipun ide bisa datang dari mana saja, menurut Hahan, lo juga harus tetap mencarinya dari referensi, sharing, ataupun memperhatikan fenomena yang sedang terjadi, apa yang bergeser dan apa yang berubah. Hal tersebut tidak hanya menjadi ide, tetapi juga jadi nilai yang penting dalam karya. Karena bagi Hahan karya yang jujur adalah yang terbaik. Sebuah karya merupakan kloning-an dari seniman itu sendiri. Makanya jika ada kebohongan sama saja membohongi diri sendiri.

 Semua karya mempunyai kesulitan masing-masing

 

Perjalanan berkarya Uji Hahan

Karya Hahan yang selalu berkaitan dengan fenomena yang terjadi pada lingkungan sekitar membawanya menjadi seperti sekarang. Kilas balik sekitar tahun 2005, momen di mana pertama kali karyanya dibeli oleh seorang ekspatriat. Dulu saat masih kuliah Hahan dipanggil oleh salah satu ruang seni yang ditinggali oleh Agung Kurniawan, seorang seniman senior. Bersama seniman muda lainnya, Hahan datang dengan membawa karyanya. Saat itu karya para seniman muda tersebut dijejerkan di lantai untuk diperlihatkan. Karya Hahan adalah salah satu yang terpilih. Uang hasil penjualan karyanya tersebut dibelanjakan seperangkat alat menggambar berkualitas mulai dari kertas yang bagus sampai tinta profesional artist yang hampir tidak mungkin terbeli untuk anak kuliahan yang pas-pasan.

Perjalanan berkarya Uji Hahan

Menurutnya setiap orang memiliki jalan yang berbeda, demi mendukung proses pembuatan karya-karyanya, Hahan rela mengerjakan apa pun pada saat itu, dari menyebarkan poster, mural warung dan masih banyak lainnya. Usaha Hahan pun nggak sia-sia, kini ia sudah bisa bekerja bersama tim sendiri dan menggagas banyak proyek seni yang luar biasa.

 

Mengupas fenomena harga suatu karya seni lewat diagaram

Saat ini Hahan bersama rekannya, Adi Kusuma, juga sedang menyiapkan project comission untuk National Gallery Australia. Project yang sudah berjalan dari tahun 2015 ini akan bercerita tentang awal mula harga sebuah karya seni itu muncul. Untuk memvalidasi karyanya, Hahan juga memasukkan data setiap elemen dalam seni rupa dengan cara interview kolektor, galeri ataupun broker. Output karya seni ini akan menjadi sebuah diagram. Dalam diagram tersebut juga tedapat tanda-tanda yang bisa diinisiasi sebagai nilai dari suatu karya seni yang bisa dikonversi moneter menjadi harga. Hal ini bertujuan untuk membangun branding seniman medioker, bagaimana cara membuat opini pasar tentang karya seni dengan membuat standarisasi melalui harga bagi rumah lelang atau pada saat lelang. Diagram ini juga sekaligus menjadi kritikan halus dan acuan yang diolah menjadi sebuah statement baru.

Mengupas fenomena harga suatu karya seni lewat diagaram

 

Project "Arisan Tenggara"

Selain proyek pribadinya, sejak pertengahan 2018, Hahan banyak disibukkan dengan proyek seni dari Ace House Collective yang dinamakan "Arisan Tenggara". Ace House Collective sendiri adalah inisiasi 15 seniman muda asal Jogjakarta yang banyak bekerja di ranah budaya populer untuk fokus pada informasi dan edukasi. Bersama lima collective Jogjakarta lainya yakni Krack Studio, Ruang Mes 56, Lifepatch, Ruang Gulma, dan SURVIVE! Garage, serta mengundang 6 collective dari luar Jogjakarta yakni, Tanah Idie dari Makassar , Rekreatif dan Gembel Art Collective dari Timor Leste, Rumah Api dari Malaysia, Tentacles dari Thailand dan Wasak dari Filipina. Selama 2 bulan mereka bekerja dan tinggal bersama untuk 'membongkar dapur' mulai dari ideologi, sampai ranah pendanaan. Tidak hanya berkumpul, 12 collective ini juga membuat 6 program berbeda. Nah, meskipun dilaksanakan di Jogjakarta, keenam project tersebut masih berhubungan dengan apa yang dibutuhkan untuk semua collective. Harapannya project Arisan Tenggara ini akan berpindah dan berlanjut di tahun-tahun berikutnya.

 

 

Comments
sumardiyono
Media menyesuaikan kebutuhan ide
Heni Oen
Mengupas fenomena harga suatu karya seni lewat diagaram