Seiring perkembangan musik jazz yang makin digemari anak muda di Tanah Air, talenta di berbagai daerah pun bermunculan dengan warnanya masing-masing. Komunitas Jazz Ngisoringin menjadi rumah bagi para musisi dan pencinta jazz di Kota Semarang. Pengen tau gimana serunya jamming di bawah rindangnya pohon beringin? Simak di sini perjalanan Komunitas Jazz Ngisoringin selengkapnya!
Tumbuh di Bawah Pohon Beringin
Selama lebih dari satu dasawarsa Komunitas Jazz Ngisoringin telah berdiri di Kota Semarang. Komunitas ini jadi melting pot-nya musisi Semarang dari segala genre, status, dan level, yang dipersatukan dalam genre Jazz. Ya, komunitas Jazz Ngisoringin punya keinginan untuk lebih mempopulerkan jazz di telinga masyarakat.
“Semua musik atau lagu bisa dimainkan dalam jazz. Jadi, jangan takut bergabung bagi yang belum familier sama genre satu ini,” ujar Shania Krishna, selaku humas dari Komunitas Jazz Ngisoringin. Shania menjelaskan jika komunitas ini hadir untuk menjadi tempat berekspresi, menyampaikan aspirasi, dan media komunikasi bermusik bagi yang ingin belajar maupun lebih memperdalam musikalitas jazz-nya. Mereka membuka pintu lebar untuk siapa saja yang ingin belajar sehingga nantinya akan lahir bibit-bibit baru dalam musik.
Lahirnya Komunitas Jazz Ngisoringin ini tercetus dari beberapa musisi senior Semarang, seperti Gatot Hendraputra, Chandra Purnama, Eko Abrianto, dan grup 26 Akustik yang punya keinginan membentuk sebuah komunitas musik. Nama Jazz Ngisoringin sendiri diambil dari lokasi unik stage perdana mereka, yaitu di bawah pohon beringin!
Panggung perdana mereka dibuka pada Senin, 13 Juli 2009 silam. Kegiatan tersebut sekaligus menandai terbentuknya Komunitas Jazz Ngisoringin. Penampilan rutin ini pun berlanjut setiap dua kali dalam sebulan, mulai pukul 9-11 malam di halaman Ours Cafe, Jalan Karanganyar Gunung No.3, Tanah Putih, Semarang.
Hingga kini, Regular Jam Session Komunitas Jazz Ngisoringin masih berlangsung setiap hari Senin, minggu pertama dan ketiga setiap bulannya. Hanya saja untuk stage, basecamp sudah berpindah ke Jalan MT Haryono 854-856, Semarang. Namanya juga basecamp, wajar bila sudah beberapa kali pindah tempat. Tapi setiap venue yang dipilih wajib memenuhi satu kriteria, yaitu punya pohon beringin! Syarat ini dipegang teguh agar konsep ‘ngejazz di bawah pohon beringin’ tetap hidup.
Selain Regular Jam Session, Komunitas Jazz Ngisoringin juga punya sesi ‘Belajar Ngejazz’ spesial untuk para anggota yang pengen belajar. Nah, buat lo yang baru mulai belajar bisa banget datang ke kegiatan reguler ini, Bro! Sedangkan untuk jadwal manggung bulanannya, Komunitas Jazz Ngisoringin rutin tampil di ‘Jazz In The Mall’ di Mal Ciputra, Semarang.
Tidak hanya itu, Komunitas Jazz Ngisoringin juga punya event tahunan bernama ‘Regular Special’. MLDSPOT pernah ikut serta menggarap Regular Special yang sukses mendatangkan Tohpati Bertiga ke Semarang, Bro! Acaranya selalu seru dan rame banget!
Penggagas Panggung Loenpia Jazz
Komunitas Jazz Ngisoringin aktif menggiatkan musik jazz di Kota Semarang lewat berbagai penampilan. Mereka juga sering diajak untuk tampil di berbagai event musik. Mereka pernah terlibat di event jazz kelas nasional seperti Indonesian Jass Festival 2013 dan Java Jazz Festival 2014. Sampai sekarang pun Komunitas Jazz Ngisoringin masih rutin ikut manggung di Ngayogjazz, Jazz Atas Awan Dieng, Jazz in Lebaran Solo, dan banyak lainnya.
Nggak puas hanya tampil sebagai pengisi acara, Komunitas Jazz Ngisoringin pun bergerak untuk membuat panggung musik tahunannya sendiri, yang dikenal sebagai Loenpia Jazz. Kata Loenpia yang merupakan nama makanan khas Semarang menjadi identitas panggung musik jazz asal Kota Semarang. Deretan nama musisi lokal hingga nasional seperti Andre Hehanussa, Monita Tahalea, dan Yura Yunita pernah menjadi pengisi panggung Loenpia Jazz yang rutin digelar sejak tahun 2012 hingga 2019.
Komunitas Jazz Ngisoringin punya cita – cita agar Jazz menjadi musik yang membawa Semarang ke kancah nasional, bahkan internasional. Hal ini karena Jazz dianggap sudah menjadi hal yang sangat lekat dengan warga Semarang. “Musik Jazz yang dulunya terkenal dengan musik yang berat dan hanya bisa dimainkan oleh para senior, sekarang menjadi musik yang sangat digemari oleh para remaja di Semarang,” kata Shania.
Kolaborasi Jalan Bagi Eksistensi
Merawat ekosistem musik di Kota Semarang yang mampu mendukung perkembangan musik jazz menjadi kesenangan tersendiri bagi para anggota Komunitas Jazz Ngisoringin. “Banyaknya musisi jazz di Semarang yang berkarya dan perkembangan Jazz yang baik membuat kami semakin gemar dengan jazz,” kata Shania.
Salah satu cara untuk memupuk eksistensi tersebut tentu melalui kolaborasi. Komunitas Jazz Ngisoringin nggak segan untuk berkarya bersama komunitas musik lainnya, seperti Semarang SKA Foundation, Semarang Community of Rock (SCOR), dan Semarang Blues. Untuk komunitas dan kolektif di luar musik, komunitas ini juga pernah berkolaborasi dengan Bejana Karya dalam menghasilkan event Jazz In The Backyard. Kemudian, ada juga kolaborasi dengan Erasmus Huis dan Widya Mitra yang menghasilkan Jazz Concert Kika Sprangers 2018, Tristan The Spice of Five 2019, dan Arp Frique and Family 2019.
Semoga saja pandemi ini bisa segera tertangani dan adaptasi normal baru bisa berjalan. Dengan begitu, lo bisa mampir ke Regular Jam Session ataupun nonton Loenpia Jazz-nya Komunitas Jazz Ngisoringin lagi! Untuk mengobati rasa penasaran lo, lo bisa mampir dulu ke Instagram Komunitas Jazz Ngisoringin dan Loenpia Jazz, Bro!
Comments