Bro, lo tahu nggak, sih? Selama pandemi ada 3,7 juta orang yang kehilangan pekerjaan. 44.295 di antaranya adalah pekerja seni dan kreatif, mengingat sektor-sektor seperti pariwisata atau event benar-benar terdampak dan mati suri karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di pusat-pusat kota. Selain kehilangan pekerjaan, masalah lain yang dirasakan pekerja seni dan kreatif adalah pemotongan gaji dengan nominal tertentu atau unpaid leave dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.
Padahal, mereka masih butuh memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi yang punya tanggungan pasangan atau keluarga. Para pekerja seni dan kreatif yang sulit mendapat pekerjaan terpaksa harus meminta bantuan finansial dari media sosial atau menggunakan platform urun daya hanya untuk bisa bertahan hidup.
Melihat situasi ini, Lody Andrian dan tiga orang rekannya prihatin dan melakukan aksi untuk membantu mereka. Caranya adalah bagaimana orang-orang yang masih mampu secara finansial selama pandemi menyubsidi silang para pekerja yang kehilangan pekerjaan dan pendapat selama pandemi.
Dari situlah lahir platform redistribusi kekayaan pertama di Indonesia, BagiRata. BagiRata memungkinkan pekerja seni dan kreatif, serta beberapa sektor tambahan yang terdampak pandemi (transportasi, penerbangan, atau media) untuk mendapatkan bantuan finansial dari orang-orang yang berkecukupan selama pandemi.
Bukan cuma melihat dari helicopter view, situasi ekonomi salah satu co-founder BagiRata Ivy Vania juga terpengaruh pandemi. Ia dirumahkan dari pekerjaannya untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Pengalaman dan atas kepedulian Lody, Ivy, Reza, dan Elham, menghasilkan platform BagiRata.
Memahami Redistribusi Kekayaan Versi BagiRata
BagiRata bukan sekadar mengklasifikasikan dana yang tersalurkan sebagai donasi. Mereka punya satu terminologi sendiri yaitu redistribusi kekayaan. Sederhananya, redistribusi kekayaan ini adalah saat orang-orang yang masih punya gaji atau pendapatan selama pandemi memberikan sebagian pendapatannya untuk mereka yang kehilangan pendapatan karena pandemi.
“Kita mau membagi kekayaan kita untuk mereka yang kehilangan pendapatan. Jadinya, ini adalah upaya untuk urun daya untuk memenuhi kebutuhan minimum para pekerja yang terdampak,” jelas Lody.
Redistribusinya muncul dari bagaimana orang-orang yang masih berpendapatan ini punya uang yang tidak terpakai karena perubahan gaya hidup selama pandemi. Contohnya, karena work from home (WFH) banyak orang yang tidak perlu mengeluarkan uang untuk ongkos transportasi. Uang yang tidak terpakai inilah yang ditargetkan BagiRata untuk diredistribusi untuk mereka yang membutuhkan.
Konsep ini terbukti berhasil dengan 1.380 orang yang mendaftar sebagai penerima dana dan Rp370.357.956 yang sudah tersalurkan ke 1.101 orang per Juli 2020. Melihat performa BagiRata, Ivy mengaku cukup terkejut dengan solidaritas masyarakat untuk saling membantu.
“Ngelihat hari ini ternyata donasi masih banyak yang masuk, gue cukup takjub juga ternyata society masih mau saling membantu satu sama lain meskipun nggak (saling) kenal,” ujar Ivy menyampaikan kesannya.
Dari Masyarakat dan Untuk Masyarakat pada Akhirnya
Dengan konsep seperti itu, BagiRata mengedepankan tampilan situs dan pengalaman berselancar yang mudah dan sederhana. Setiap ingin menyalurkan dana, tampil sepuluh nama calon penerima dana yang sudah mendaftar. Pada masing-masing nama, lo bisa nemuin cerita mereka bagaimana terdampak pandemi secara finansial, nominal kebutuhan dana dan untuk berapa lama, dan tombol menuju dompet digital milik calon penerima dana.
Salah satu kelebihan BagiRata juga, menurut Lody adalah sistemnya yang langsung dan tidak berbelit-belit. Beda dengan platform urun daya lain yang menghimpun dana di rekening bersama sebelum didistribusikan atau mengambil fee, BagiRata memungkinkan penerima dana untuk menerima uang pada saat itu juga karena penggunaan dompet digital pihak ketiga yang populer dan banyak dipakai sebagai sistem pembayaran.
Secara eksternal, BagiRata juga membuka peluang kolaborasi sama siapapun yang mau membantu pekerja seni dan kreatif atau pekerja di bidang lain yang terdampak pandemi. Sejauh ini, BagiRata sudah berkolaborasi dengan organisasi seperti Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) dan organisasi pelatihan Lingkaran Co.
Sebagai platform yang diarahkan sebagai open source. Bentuk kolaborasinya juga tidak terbatas. SINDIKASI membuat subdomain (sindikasi.bagirata.id) yang dananya dihimpun, didistribusikan, dan diawasi oleh SINDIKASI secara mandiri atau sistem donasi kelas online Lingkaran Co yang hasilnya didistribusikan melalui BagiRata.
Lody menyatakan BagiRata hanya akan ia dan tim kelola sampai pandemi ini benar-benar berakhir. Setelahnya, ia akan melepas BagiRata untuk bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkan platform distribusi dana yang sifatnya sederhana dan langsung.
“Emang kita fokusnya untuk memberdayakan masyarakat, sih. Untuk bisa punya tools yang bisa saling bersinergi. Dibuat dari masyarakat sendiri, dikelola, dirawat oleh masyarakat, dan hasilnya untuk masyarakat itu sendiri.”
Salut banget sama usaha Lody dan tim buat saling membantu. Jika lo berada dalam posisi yang lebih beruntung, lo bisa banget bantu mereka yang terdampak pandemi secara finansial melalui BagiRata, Bro! Atau mungkin lo juga dalam posisi yang membutuhkan dan bisa manfaatin BagiRata.
Lo bisa cari tahu tentang caranya menyalurkan dana melalui BagiRata, daftar sebagai penerima dana, atau cerita lengkap Lody dalam membangun BagiRata dengan nonton MLDSPOT TV Season 6 #MauLagiDimanapun Episode 4. Season ini spesial karena MLDSPOT TV hadir dalam format episode baru sebagai penyesuaian situasi pandemi. Langsung cek aja, konsep baru MLDSPOT TV dengan nonton episode ini melalui YouTube channel MLDSPOT TV. Get Yourself Inspired with MLDSPOT TV.
Comments