Perubahan iklim menjadikan gaya hidup ramah lingkungan semakin populer beberapa tahun belakangan. Masyarakat pun jadi makin peduli dengan kelestarian lingkungan dan mulai beralih ke produk ramah lingkungan. Mungkin lo salah satu orang yang sedang menerapkan gaya hidup yang satu ini, Bro. Nggak heran kalau akhirnya produk ramah lingkungan atau produk daur ulang menjadi semakin bervariasi dan mudah untuk ditemukan, salah satunya tas keren hasil upcycling limbah plastik dari Kreskros.
Local brand Kreskros memang masih belum terlalu dikenal orang. Namun, beberapa produk dari Kreskros sudah ditampilkan di beberapa event fashion bergengsi seperti Jakarta Fashion Week tahun lalu. Dua tahun sebelum mengikuti Jakarta Fashion Week, tepatnya di bulan April 2017, tas dengan ciri khas rajutan plastik yang diproduksi Kreskros juga pernah dipasarkan di Public Garden Singapore. Tanggapan positif dari konsumen menjadikan Deasy Esterina, penggagas ide Kreskros, semakin termotivasi untuk mengembangkan produk ramah lingkungan yang satu ini. Lalu, apa sih yang menjadikan produk asal Ambarawa ini berbeda dengan produk sejenisnya? Yuk, simak proses kreatif di balik inspiring product yang satu ini!
Design Thinking, Mengubah Permasalahan Limbah Plastik sebagai Peluang
Lo pasti ikut merasakan, semakin lama limbah plastik semakin banyak dan sulit untuk dikendalikan. Di kehidupan sehari-hari saja, lo pasti udah nggak bisa lepas dari yang namanya plastik. Mulai dari tas plastik untuk belanjaan, kemasan botol plastik, kemasan shampo, kemasan sabun, hingga sedotan plastik. Selain praktis dalam penggunaannya, plastik juga mudah sekali didapatkan. Hal inilah yang menjadikan orang lebih senang menggunakan kantong plastik dibandingkan bahan lain saat berbelanja. Sayangnya, kantong plastik memberikan dampak buruk bagi kelestarian lingkungan. Bahan plastik sulit untuk diurai tanah dan tumpukan limbahnya kini menjadi permasalahan serius bagi kehidupan manusia.
Melihat hal ini, Deasy mencoba untuk menerapkan design thinking dan menemukan inovasi untuk meningkatkan nilai limbah plastik. Cara yang dilakukan Deasy nggak hanya sebatas melakukan daur ulang terhadap limbah plastik, tetapi membuat desain yang menarik dan kreatif untuk sebuah produk fashion. Deasy mulai mengkreasikan limbah plastik dengan keahlian merajut yang dimilikinya. Untuk nama produknya sendiri, Kreskros, diambil dari hasil gabungan kresek (kantong plastik) dan crochet (rajutan).
Nggak Sebatas Daur Ulang, Tetapi Memberi Nilai Tambah (Upcycling)
Produk Kreskros pertama kali dikenalkan kepada publik pada Oktober 2014 dalam sebuah acara di Surabaya. Alih-alih meningkatkan produksi dan mengejar pemasaran saat itu, Deasy malah memilih untuk menguatkan rencana bisnis terlebih dahulu. “Waktu satu setengah tahun difokuskan untuk mengumpulkan modal, mematangkan business plan dan mempelajari jenis plastik mana yang cocok untuk produk Kreskros. Bukan asal membuat produk hasil upcycling plastik saja, tetapi harapannya produk tersebut juga memiliki kualitas yang baik,” ungkap Deasy.
Barulah di tahun 2016, setelah mengenal limbah plastik lebih baik dan memiliki modal yang cukup untuk membeli mesin, alat, dan bahan, Deasy pun mulai menjadikan Kreskros sebagai sebuah bisnis. Variasi produk dari Kreskros pun semakin beragam, mulai dari kantong alat tulis, tas genggam, tas laptop, tote bag, hingga ransel. Meskipun memiliki banyak variasi produk, Kreskros tetap memiliki ciri khas yang membedakannya dengan merek lain, yakni rajutan dari limbah plastik yang dikombinasikan dengan bahan lain. Biasanya kombinasi dari bahan katun atau kulit dengan warna monokrom dan desain kasual menjadi pilihan Deasy. Pemilihan warna monokrom dan desain kasual yang nggak berlebihan sengaja dipilih supaya produk Kreskros cocok untuk digunakan pria maupun wanita.
Di awal bisnis, pasokan limbah plastik yang menjadi salah satu bahan Kreskros didapatkan dari kawasan industri di Ambarawa. Nggak hanya memanfaatkan limbah di sana, Deasy juga bekerjasama dengan ibu-ibu di Ambarawa dalam produksi tas handmade Kreskros ini. Setelah berkembang dan dikenal masyarakat, Kreskros pun mulai mendapat pasokan limbah plastik dan bekerjasama dengan ibu-ibu di wilayah lain, seperti Jakarta dan Bogor.
Pasokan limbah plastik dipilih terlebih dahulu sebelum diolah dan dijadikan bahan untuk merajut. Nggak semua limbah plastik dapat digunakan sebagai bahan baku karena sifatnya yang beragam, tergantung dengan jenis plastik. Oleh sebab itu, Kreskros memilih limbah plastik yang memiliki sifat serupa dengan benang. “Setelah mencoba beberapa jenis plastik, ternyata yang paling cocok untuk digunakan sebagai bahan tas adalah jenis plastik PE dan HD. Keduanya memiliki sifat yang kuat, lentur, dan licin sehingga memudahkan untuk dirajut. Jadi, memilah jenis dan kondisi plastik yang baik menjadi langkah awal sebelum melakukan produksi,” papar Deasy, CEO sekaligus penggagas Kreskros.
Usai memilah jenis plastik dan mendapatkan bahan yang masih bagus, proses berikutnya adalah membersihkan limbah plastik. Setelah bersih, barulah plastik dipotong-potong menjadi lembaran panjang seperti benang untuk disulam. “Sulaman dari plastik tersebut kemudian dikombinasikan dengan bahan lain seperti katun atau kulit dan dijahit sesuai dengan desain Kreskros,” tambah Deasy. Kreativitas desain inilah yang membuat produk Kreskros diharapkan bisa bersaing dengan produk daur ulang plastik lainnya.
Di samping produk yang menarik, Kreskros juga memiliki filosofi dan strategi pemasaran yang unik. Sesuai dengan prinsip fair trade, Kreskros ingin menjadikan produknya sebagai produk yang bisa memperhatikan kesejahteraan ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya produsen kecil. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kreskros menerapkan strategi pemasaran yang memberikan edukasi kepada konsumen dengan membangun kesadaran pemanfaatan limbah di sekitar mereka.
Nah, buat lo yang suka tampil dengan gaya kasual dan penasaran dengan desain Kreskros, lo bisa mengunjungi website www.kreskros.com atau instagram @kreskros.id.
Comments