Membangun sebuah bisnis dari bawah bukanlah hal mudah, apalagi di luar negeri. Selain peraturan yang jauh lebih ketat, biasanya dibutuhkan modal yang lebih besar. Belum lagi soal network yang nggak seluas di kampung halaman. Namun, nggak ada yang nggak mungkin. Trio perantau Indonesia, Zemmy, Bobby, dan Wawan, berhasil membuktikannya! Mereka sukses mendirikan kedai bernama It’s Java yang menyajikan kuliner nusantara di Selandia Baru.
Ketiganya membuktikan kalau lo bisa jadi entrepreneur mumpuni walaupun di luar negeri, Bro! Yuk, simak dulu suka duka mereka membesarkan It’s Java di Auckland, Selandia Baru!
Trio Perantau yang Saling Melengkapi
Berada di Auckland, It’s Java berdiri sejak Februari 2019. Founder-nya adalah Zemmy Wahyudi, yang kala itu baru merantau ke Selandia Baru. Memiliki latar belakang sebagai seorang entrepreneur, Zemmy mulanya membangun It’s Java dengan konsep seperti kafe yang menawarkan makanan Barat dengan sentuhan Indonesia.
Setelah berjalan kurang lebih sembilan bulan, di November 2019, Zemmy mengajak dua temannya, Bobby Ferdian dan Ibnu Darmawan (Wawan), untuk membesarkan It’s Java. Wawan, yang memiliki latar belakang seorang chef, mempunyai passion yang besar untuk memperkenalkan makanan Indonesia. Sementara Bobby memiliki latar belakang desain sehingga banyak mengerjakan branding untuk perusahaan-perusahaan lokal dan selalu ingin mempunyai bisnis sendiri yang sustainable.
Selama tinggal di Selandia Baru, mereka melihat belum ada orang Indonesia yang berhasil memperkenalkan makanan Indonesia dengan sukses. Jadi, sewaktu Zemmy menawarkan untuk terjun di bisnis kuliner namun belum berhasil menarik market masyarakat NZ, Bobby & Wawan melihatnya sebagai kesempatan emas dan potensi besar untuk digarap bersama-sama.
Tentunya mereka melakukan survey terlebih dahulu, melihat dan meneliti kompetisi bisnis di sekitar lokasi. Hasilnya, melihat ada peluang untuk menciptakan market dan offering yang lebih unik, Zemmy, Bobby, dan Wawan sepakat untuk go back to their roots. Mereka pun mengganti konsep It’s Java menjadi sebuah “warung” yang menyajikan makanan otentik Indonesia.
“Kami memutuskan untuk mengangkat konsep Indonesian Street Food, yang memang belum pernah ada sebelumnya di Selandia Baru. Tagline kami adalah: ‘Welcome to the Indonesian Street Food Experience’. Biasanya, restoran-restoran Indonesia di Selandia Baru sudah menyesuaikan cita rasa makanan agar bisa diterima penduduk lokal. Tapi, kami justru ingin menyajikan pengalaman menyantap kuliner nusantara yang lebih ‘berani’ dan otentik. Bukan cuma dari segi rasa, tapi juga branding dan desain interior,” ungkap Zemmy.
Tidak diduga, kerja sama trio Indonesia ini berjalan apik. Masing-masing memiliki fungsi berbeda dan saling melengkapi. Zemmy dan istrinya, Yanti, menjalankan day-to-day operations It’s Java. Zemmy berperan sebagai business and product development, sementara Yanti mengurusi operasional dan keuangan.
Lain lagi Bobby dan istrinya, Adriana. Keduanya bertugas untuk menangani demand generation, branding, marketing, serta public relations. Kemudian, Wawan dan istrinya, Dana, sama-sama berperan sebagai chef. Pengalaman keduanya sebagai chef di berbagai restoran, membuat mereka kebagian tugas memasak dan menciptakan menu-menu di It’s Java.
Kenalkan Tradisi Makan pakai Tangan dan Nasi Tambah Sepuasnya
Menurut Bobby, salah satu hal paling menyenangkan dari membangun bisnis kuliner di luar negeri adalah resto ini bisa menjadi tempat kumpul bagi warga Indonesia yang sedang merantau di Auckland. Banyak teman-teman yang tadinya belum pernah bertemu, namun berkenalan dan ujung-ujungnya nongkrong di sini.
“Kami juga sangat excited memperkenalkan tradisi-tradisi makan Indonesia ke pengunjung. Misalnya, di restoran, kami anjurkan pengunjung untuk makan pakai tangan. Dengan konsep warung-style, pengunjung juga bebas untuk tambah nasi sepuasnya. Yang paling penting, tentu kami menyediakan sambal sebagai pelengkap hidangan,” ungkap Bobby.
Respon terhadap sajian kuliner Indonesia di restoran ini ternyata sangat positif. Walaupun awalnya populer di kalangan perantau Indonesia, namun lama-kelamaan banyak pengunjung dari Asia Tenggara, Timur Tengah, dan penduduk Selandia Baru yang menjadi pelanggan tetap.
Indonesia Perlu Gencarkan Diplomasi Kuliner
Selama membesarkan It’s Java di Selandia Baru, tantangan utama bagi Zemmy dan tim adalah kuliner Indonesia masih cukup asing di telinga masyarakat Selandia Baru. Jika dibandingkan dengan restoran dari negara-negara lain, seperti Malaysia, Thailand, Korea, Vietnam, dan India, restoran Indonesia masih kalah populer. Ini karena pemerintah dari negara-negara tersebut telah lama menjalankan campaign diplomasi kuliner, yaitu upaya menyebarkan budaya melalui makanan.
“Di Selandia Baru, makanan Indonesia masih sangat jarang ditemui. Restoran khas Indonesia pun sangat sedikit, mungkin hanya ada 2-3 saja di Kota Auckland. Ada juga beberapa yang sudah tutup karena nggak bisa bersaing. Tentu ini sangat disayangkan, karena sebenarnya dari sisi cita rasa, kita punya banyak potensi. Kekayaan kuliner kita sungguh beragam, tapi kurang disosialisasikan dengan baik,” cerita Wawan.
Menawarkan makanan Indonesia di Selandia Baru juga ada tantangan tersendiri, Bro! Pertama, gaji tenaga kerja di sana termasuk mahal dibandingkan dengan di Indonesia. Karena itu, trio pendiri It’s Java harus turun tangan langsung untuk dapat menghemat biaya operasional sebelum bisa merekrut pegawai. Wawan juga menjelaskan bahwa bahan-bahan makanan di Selandia Baru lebih mahal, sehingga diperlukan kehati-hatian dan ketelitian ekstra dalam menghitung modal, biaya per hidangan, hingga margin profit restoran.
Tips Membesarkan Bisnis Restoran di Negeri Orang
Untuk bisa bersaing dengan kafe-kafe local, trio ini memiliki strategi pemasaran yang baik. Bobby, yang memegang pemasaran, mengandalkan promosi melalui media sosial yang populer di Selandia Baru, yaitu Instagram dan Facebook. Lalu, setiap akhir pekan, tim It’s Java juga memiliki menu spesial yang berganti-ganti. Menu ini terus dirotasi setiap dua minggu sekali agar pengunjung selalu excited untuk mencoba menu-menu baru.
Reputasi online juga penting banget untuk memastikan kelangsungan bisnis, Bro! Apalagi, sebelum mengunjungi restoran atau kafe, biasanya pengunjung akan melakukan riset kecil-kecilan dulu melalui internet.
Cerita suksesnya Zemmy, Bobby, dan Wawan membesarkan restoran It’s Java tentu bisa menjadi inspirasi buat lo yang tertarik merantau ke negeri orang. Berikut, beberapa tips dan trik dari mereka untuk menumbuhkan bisnis secara perlahan tapi pasti:
- Mulailah dengan ide dan konsep yang unik.
- Carilah rekan bisnis yang memang ahli di bidang masing-masing, sehingga bisa saling mengisi dalam menjalankan operasional.
- Branding menjadi elemen penting, semua produk atau usaha perlu dikemas dengan menarik dan sesuai dengan selera masyarakat lokal.
- Harus punya kemampuan sosial dan networking yang oke, terutama ketika bekerja di industri hospitality seperti restoran.
- Selalu yakin dan percaya diri sebagai orang Indonesia. Jangan merasa minder hanya karena status sebagai imigran di negeri orang.
Ke depannya, trio yang kompak ini berharap It’s Java bisa menjadi contoh permulaan yang baik sebelum membuka restoran-restoran lain dengan konsep yang berbeda. “Selain itu, kami ingin terus berinovasi dari segi produk, memperluas pasar untuk produk sambal, kopi, dan kami juga berencana mengeluarkan produk jamu siap minum dalam waktu dekat,” tutur Wawan.
Inspiring banget ‘kan kisah trio perantau asal Indonesia ini di Kota Auckland? Kalau lo penasaran dengan bisnis restoran mereka, ikuti terus perkembangannya di Instagram @itsjava_nz, Bro!
Comments